Wednesday, August 21, 2013

,

Rukun Sholat Jenazah, Penting ni bro!




Rukun, syarat, panduan tatacara sholat jenazah atau sholat mayit dibawah ini adalah sudah kami ringkas, dan kami lengkapi dengan beberapa dalil hadits dari Nabi SAW, rukun Shalat Jenazah  terdiri dari 8 rukun dan Hukum menjalankannya adalah "Fardhu Kifayah" artinya jika tidak ada yang menjalankan, semua akan berdosa. Shalat ini gak memakai ruku’, sujud, i’tidal dan tahiyyat, hanya dengan 4 takbir dan 2 salam, yang dilakukan dalam keadaan berdiri.

Berikut ini adalah rukun sholat jenzah :
1. Niat
Setiap shalat dan ibadah lainnya kalo gak ada niat dianggap gak sah, termasuk niat melakukan Shalat jenazah. Niat dalam hati dengan tekad dan menyengaja akan melakukan shalat tertentu saat ini untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT.
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (QS. Al-Bayyinah : 5).
Hadits Rasulullah SAW dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya. Setiap orang mendapatkan sesuai niatnya." (HR. Muttafaq Alaihi).
2. Berdiri Bila Mampu
Shalat jenazah sah jika dilakukan dengan berdiri (seseorang mampu untuk berdiri dan gak ada uzurnya). Karena jika sambil duduk atau di atas kendaraan [hewan tunggangan], Shalat jenazah dianggap tidak sah.
3. Takbir 4 kali
Aturan ini didapat dari hadits Jabir yang menceritakan bagaimana bentuk shalat Nabi ketika menyolatkan jenazah.
Dari Jabi ra bahwa Rasulullah SAW menyolatkan jenazah Raja Najasyi (shalat ghaib) dan beliau takbir 4 kali.
(HR. Bukhari : 1245, Muslim 952 dan Ahmad 3:355)
Najasyi dikabarkan masuk Islam setelah sebelumnya seorang pemeluk nasrani yang taat. Namun begitu mendengar berita kerasulan Muhammad SAW, beliau akhirnya menyatakan diri masuk Islam.
4. Membaca Surat Al-Fatihah
5. Membaca Shalawat kepada Rasulullah SAW
6. Doa Untuk Jenazah
Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW :
"Bila kalian menyalati jenazah, maka murnikanlah doa untuknya."
(HR. Abu Daud : 3199 dan Ibnu Majah : 1947).
Diantara lafaznya yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW antara lain :
"Allahummaghfir lahu warhamhu, wa’aafihi wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzulahu, wa wassi’ madkhalahu, waghsilhu bil-ma’i watstsalji wal-baradi."
7. Doa Setelah Takbir Keempat
Misalnya doa yang berbunyi :
"Allahumma Laa Tahrimna Ajrahu wa laa taftinnaa ba’dahu waghfirlana wa lahu.."
8. Salam
Berikut ini adalah Tata Cara, Urutan dan Do'a Sholat Jenazah :
1. Lafazh Niat Shalat Jenazah :
"Ushalli ‘alaa haadzal mayyiti fardlal kifaayatin makmuuman/imaaman lillaahi ta’aalaa.."
Artinya:
"Aku niat shalat atas jenazah ini, fardhu kifayah sebagai makmum/imam lillaahi ta’aalaa.."
2. Setelah Takbir pertama membaca: Surat "Al Fatihah."
3. Setelah Takbir kedua membaca Shalawat kepada Nabi SAW : "Allahumma Shalli ‘Alaa Muhamad?"
4. Setelah Takbir ketiga membaca:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اْلأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ
Ya Allah! Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.”
atau bisa secara ringkas :
"Allahummagh firlahu warhamhu wa’aafihi wa’fu anhu.."
Artinya:
"Ya Allah, ampunilah dia, berilah rahmat, sejahtera dan maafkanlah dia"
5. Setelah takbir keempat membaca:
"Allahumma la tahrim naa ajrahu walaa taftinnaa ba’dahu waghfirlanaa walahu.."
Artinya:
"Ya Allah janganlah kami tidak Engkau beri pahalanya, dan janganlah Engkau beri fitnah kepada kami sesudahnya, dan berilah ampunan kepada kami dan kepadanya"
6. "Salam" kekanan dan kekiri.
Catatan: Jika jenazah wanita, lafazh ‘hu’ diganti ‘ha’.
Demikian beberapa ringkasan artikel tentang tata cara dan do'a sholat jenazah, semoga bisa menambah wawasan dan amaliah pembaca sekalian. #Islamgram.

Tuesday, August 20, 2013

,

Adzan sudah Milyaran kali berkumandang

Adzan 7 Muadzin di Masjid Cirebon.


Adzan, Setiap hari kita mendengarnya, tak jarang pula pura-pura tak mendengar, pura-pura tak tau. Walau begitu adzan tetap berkumandang lantang di dunia ini, dimana saja.

Begitu fajar fajar menyingsing di sisi timur Sulawesi, di sekitar 5:30 waktu setempat, maka adzan subuh mulai dikumandangkan. Ribuan Muadzin di kawasan timur Indonesia mulai mengumandangkan tauhid kepada yang Maha Kuasa, dan risalah Muhammad saw.

Proses itu terus berlangsung dan bergerak ke arah barat kepulauan Indonesia. Perbedaan waktu antara timur dan barat pulau-pulau di Indonesia adalah satu jam. Oleh karena itu, satu jam setelah adzan selesai di Sulawesi, maka adzan segera bergema di Jakarta, disusul pula sumatra. Dan adzan belum berakhir di Indonesia, maka ia sudah dimulai di Malaysia. 

Burma (Myanmar) adalah di baris berikutnya, dan dalam waktu beberapa jam dari Jakarta, maka adzan mencapai Dacca, ibukota Bangladesh. Dan begitu adzan berakhir di Bangladesh, maka ia ia telah dikumandangkan di barat India, dari Kalkuta ke Srinagar. Kemudian terus menuju Bombay dan seluruh kawasan India. Srinagar dan Sialkot (sebuah kota di Pakistan utara) memiliki waktu adzan yang sama. Perbedaan waktu antara Sialkot, Kota, Karachi dan Gowadar (kota di Baluchistan, sebuah provinsi di Pakistan) adalah empat puluh menit, dan dalam waktu ini, (Dawn) adzan Fajar telah terdengar di Pakistan. Sebelum berakhir di sana, ia telah dimulai di Afghanistan dan Muscat. Perbedaan waktu antara Muscat dan Baghdad adalah satu jam. 

Adzan kembali terdengar selama satu jam di wilayah Hijaz al-Muqaddas (Makkah dan Madinah), Yaman, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Irak.
Perbedaan waktu antara Bagdad dan Iskandariyah di Mesir adalah satu jam. Adzan terus bergema di Siria, Mesir, Somalia dan Sudan selama jam tersebut. Iskandariyah dan Istanbul terletak di bujur geografis yang sama. Perbedaan waktu antara timur dan barat Turki adalah satu setengah jam, dan pada saat ini seruan shalat dikumandangkan. Iskandariyah dan Tripoli (ibukota Libya) terletak di lokasi waktu yang sama. 

Proses panggilan Adzan sehingga terus berlangsung melalui seluruh kawasan Afrika. Oleh karena itu, kumandang keesaan Allah dan kenabian Muhammad saw yang dimulai dari bagian timur pulau Indonesia itu tiba di pantai timur Samudera Atlantik setelah sembilan setengah jam. Sebelum Adzan mencapai pantai Atlantik, kumandang adzan Zhuhur telah dimulai di kawasan timur Indonesia, dan sebelum mencapai Dacca, adzan Ashar telah dimulai. 

Dan begitu adzan mencapai Jakarta setelah kira-kira satu setengah jam kemudian, maka waktu Maghrib menyusul. Dan tidak lama setelah waktu Maghrib mencapai Sumatera, maka waktu adzan Isya telah dimulai di Sulawesi! Bila Muadzin di Indonesia mengumandangkan adzan Fajar, maka muadzin di Afrika mengumandangkan adzan untuk Isya.

Kira-kira adzan udah di kumandangkan berapa kali ya semenjak pertama kali di lantunkan sahabat Bilal bin Rabbah kala masa Rasulullah?

Sejak pertama dikumandangkan sampai saat ini mungkin sudah sekitar 1500 tahunan lebih adzan dikumandangkan. Anggaplah setahun 365 hari. Berarti 1500 tahun x 365 hari= 547500 dan kalikan kembali dengan jumlah umat islam yang terus bertambah tiap tahunnya. Kita anggap umat islam saat ini sekitar 2 miliyar orang dengan persentase 2 milyar umat dengan 2 juta muadzin saja.
Hasilnya = 547500x 2.000.000 = 1.095.000.000.000 dikalikan 5 = 5.475.000.000.000

Semoga bermanfaat #Islamgram

,

6 Kewajiban antar Sesama Muslim

Dalam kehidupan manusia, ada 2 Klasifikasi Hubungan.
  1. Hubungan Manusia dengan Allah (Hablumminallah)
  2. Hubungan Manusia dengan Sesama Manusia (Hablumminannas)
Dalam hubungan antara Manusia dan manusia ada hak dan kewajiban. Hak dan Kewajiban ini jika di kaji lebih dalam hak dan kewajiban yang rule nya di ajarkan Islam gunanya untuk menjaga kesinambungan dan keharmonisan hubungan sosial, zoon politicon Manusia tak dapat hidup sendiri, selalu butuh manusia lain.



ada 6 Kewajiban antara muslim satu dan muslim lain :

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak/Kewajiban seorang muslim atas muslim yang lain ada enam.” Lalu ada yang bertanya, “Apa itu ya Rasulullah.” Maka beliau menjawab, “Apabila kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam kepadanya, apabila dia mengundangmu maka penuhilah undangannya, apabila dia meminta nasehat kepadamu maka berilah nasehat kepadanya, apabila dia bersin lalu memuji Allah maka doakanlah dia -dengan bacaan yarhamukallah-, apabila dia sakit maka jenguklah dia, dan apabila dia meninggal maka iringilah jenazahnya.” (HR. Muslim)

Apabila Bertemu, Ucapkanlah Salam
Banggalah kita menunjukkan identitas diri sebagai seorang muslim, jika tiap bertemu dengan teman saling mengucapkan dan menjawab salam, jika menelpon/menerima telpon diawali dengan mengucapkan salam. Insya Allah akan tumbuh rasa cinta dan kedekatan sebagai sesama muslim.
Dalam Shahih Muslim disebutkan: Dari Abu Hurairah radiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman, dan tidak dikatakan beriman sebelum kalian saling mencintai. Salah satu bentuk kecintaan adalah menebar salam antar sesama muslim.” 
Dalam mengucapkan salam via sms atau e-mail, sebaiknya kita harus berhati-hati dalam mengucapkan salam tersebut. Gunakan penyingkatan yang tidak menimbulkan interpretasi ganda [Misalnya : Ass, yang dalam bahasa inggris silahkan sobat Islamgram cari sendiri maknanya]

Memenuhi Undangan
Apabila kita mendapat undangan, baik itu makan-makan atau undangan pernikahan,  penuhilah undangan tersebut karena akan membuat senang bagi orang yang mengundang kita dan mempererat tali persaudaraan sesama muslim selama undangan tersebut tidak mengandung maksiat dan kemungkaran.
Dalam memenuhi undangan pun, Saya juga sering lalai karena aktivitas yang padat. Jika Saya tidak bisa memenuhi undangan dari teman atau keluarga, Saya segera menghubunginya dan meminta maaf tidak dapat menghadiri undangan tersebut.

Memberi Nasihat
Jika ada teman yang meminta nasihat atau curhat kepada kita,  maka berilah solusi terbaik kepadanya tentunya solusi yang sesuai dengan tuntunan umat Islam, Qur'an dan sunnah.

Dalam salah satu ayat al-Qur'an yang sudah kita hafal luar kepala disebutkan : 



إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ


"Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran

إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-ashr.html#sthash.TaxZgCSS.dpuf

إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-ashr.html#sthash.TaxZgCSS.dpuf
Saling Mendo'akan ketika Bersin
Jika salah seorang di antara kalian bersin, hendaklah ia mengucapkan Alhamdulillah, jika ia mengatakannya maka hendaklah saudaranya atau temannya membalas: yarhamukalloh (semoga Allah merahmatimu). Dan jika temannya berkata yarhamukallah, maka ucapkanlah: yahdikumulloh wa yushlihu baalakum (semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu).” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6224 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Menjenguk Orang Sakit
"Barang siapa yang mendatangi saudaranya muslim (yang sakit) untuk menjenguknya, ia berjalan di atas kebun surga hingga ia duduk. Apabila ia duduk, rahmat (Allah) akan menyelimutinya. Bila waktu itu pagi hari, tujuh puluh ribu malaikat akan bersalawat kepadanya hingga sore hari, dan bila ia melakukannya di sore hari, tujuh puluh ribu malaikat tersebut akan bersalawat kepadanya hingga pagi hari." (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah. Syaikh al-Albani berkata: Hadits shahih)

Mengiringi Jenazah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Siapa yang mengantarkan jenazah hingga menshalatkannya maka baginya pahala satu qhirath, dan siapa yang mengantarkannya hingga dimakamkan maka baginya pahala dua qhirath”, beliau ditanya: “Apakah yang dimaksud qhirath ?”, beliau menjawab: “Bagaikan dua gunung yang besar“ (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Semoga bermanfaat
#Islamgram

Thursday, August 15, 2013

,

Terdahulu dan Pertama "Log in" Islam



Jaman saya kecil dahulu, Ibu sering memberi cerita kepada saya. Banyak kisah-kisah yang di haturkan. Baik dari Kisah Nabawiyyah, Kisah Sahabat dan Kisah-kisah Islami lainnya. Salah satu yang masih membekas sampai sekarang adalah mengenai "Assabiqunal Awwalun"  ( السَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ)

Menurut wikipedia :

"As-Sabiqun al-Awwalun ( السَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ) adalah orang-orang terdahulu yang pertama kali masuk/ memeluk Islam. Mereka adalah dari golongan kaum Muhajirin dan Anshar,mereka semua sewaktu masuk Islam berada di kota Mekkah, sekitar tahun 610 Masehi pada abad ke-7. Pada masa penyebaran Islam awal, para sahabat nabi di mana jumlahnya sangat sedikit dan golongan as-sabiqun al-awwalun yang rata-ratanya adalah orang miskin dan lemah."

Dakwah masa awal Islam, secara garis besar di bagi menjadi dua : Sirriy (Rahasia/Sembunyi-sembunyi/Terselubung) dan Jahry (Terang-terangan/Terbuka).

Ada 2 Versi Mengenai As-Sabiqun al-Awwalun
  • As-Sabiqun al-Awwalun I
Adalah 10 Sahabat yang masuk Islam di masa Sirriy, Selama tiga tahun pertama, Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada teman-teman dekat dan kerabatnya, pendapat ini dikemukakan oleh Ibnu ishaq dan Al-Waqidi. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad adalah para anggota keluarganya, tetapi tidak semua orang terdekatnya mau menerima dakwah ini. Sebagai contoh Abu Thalib yang tidak meyakini ajaran yang dibawa oleh Muhammad. Begitu pula dengan salah satu pamannya yang bernama Abu Lahab, bahkan menjadi penentang keras dakwah Muhammad. Adapun 10 Sahabat Pertama yang kerap di sebut  As-Sabiqun al-Awwalun yakni : 
 
-Kadijah
-Ali bin Abi Tholib
-Abu Bakar
-Zaid bin Haritsah
-Usman bin Affan
-Zubair bin Awwam
-Saad bin Abi Waqash
-Abdurrahman bin Auf
-Fatimah binti Khothob dan Said bin Zaid
-Arqam bin Abil Arqam
-Thalhah bin Ubaidillah
 
  •  As-Sabiqun al-Awwalun II
Adapula riwayat yang menyebutkan bahwa As-Sabiqun al-Awwalun adalah Sahabat yang memeluk Islam dari Masa Sirriy hingga awal masa Jahry, terdapat 40 Orang.
 
Ibnu Hisyam pernah menulis 40 nama as-sabiqun al-awwalun. Ia menulis Khadijah dalam nomor urut pertama, Asma' di nomor urut 18, dan Aisyah di nomor urut 19. Umar bin Khattab berada jauh di bawah Aisyah.
Yang termasuk as-sabiqun al-awwalun adalah sebagai berikut:

Khadijah, Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Al-Shiddiq, Ummu Aiman, dan Bilal bin Rabah, merekalah orang yang pertama kalinya mengucap kalimat dua syahadat, lalu menyebar ke yang lainnya. Kesemuanya berasal dari kabilah Quraisy, kecuali Bilal bin Rabah.

Daftar di atas tersebut, tidaklah sesuai dengan kronologis urutan sejarah aslinya, dikarenakan penyebaran Islam ini awalnya secara rahasia, maka terlalu sulit untuk mencari siapa saja yang terlebih dahulu memeluk Islam, setelah lima besar pemeluk Islam.

Berbagai Sumber, Semoga Bermanfaat #Islamgram
 

Karier = Ibadah



Karier itu ibadah, bukan nafsu. Jadi jangan berkarier dengan modal nafsu - Prie GS (twit 22 Feb 2013)

Wednesday, August 14, 2013

Kisah Masjid Agung Cirebon yang Dibangun Dalam Semalam


Banyak kisah masjid agung di Indonesia yang konon dibangun dalam semalam. Namun Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Cirebon, mungkin memang dibangun dalam semalam. Lihat saja langsung, siapa tahu Anda pun percaya.

Masjid Agung Sang Cipta Rasa letaknya bertetangga dengan Keraton Kasepuhan Cirebon. detikTravel menyambangi masjid ini, Senin (12/8/2013). Sejarah mencatat, masjid ini dibangun pada tahun 1489. Arsitekturnya mirip dengan Masjid Agung Demak. Maklum saja, Cirebon memang salah satu kota wali dan pusat penyebaran agama Islam.

Masjid Agung Kasepuhan, itulah nama lain masjid ini karena dekat dengan Keraton Kasepuhan. Sore itu yang berangin membuat suasana di masjid semakin nyaman. Masjid agung ini memiliki banyak keunikan. Masjid ini dibangun tanpa menara, beratap limas dan tanpa hiasan di ujungnya, entah itu bulan sabit atau hiasan atap khas Jawa yang disebut memolo. Konon, hiasan di atap Masjid Agung Kasepuhan berpindah ke atap Masjid Agung Banten.

Setelah masuk dari gerbang, wisatawan bisa melihat masjid ini memiliki bangunan utama dari bata dan berdinding merah, dengan perluasan teras ke segala sisinya. Atap di bagian pelataran dibuat cukup rendah seperti rumah Joglo. Ada tempat berwudhu tradisional berupa bak bulat dan kendi besar berisi air.

Fitur unik masjid ini adalah pintu masuk ke bangunan utamanya yang teramat kecil. Orang dewasa harus membungkuk masuk. Rupanya, pintu ini mengandung filosofi penghormatan (membungkuk-red) untuk masuk ke masjid yang menjadi rumah Allah.

Di dalam ruangan utama banyak tiang-tiang kayu yang ditopang dengan konstruksi besi modern sebagai upaya konservasi bangunan bersejarah. Di atas dinding bata, berjejerlah kaligrafi lukisan kaca dengan aneka ayat-ayat Al Quran. Lukisan kaca memang salah satu seni lukis khas Cirebon.

Mimbar salat Jumat berupa singgasana kayu yang antik. Tempat imam salat berupa batu putih dengan ornamen bunga teratai, dekorasinya seperti akulturasi dengan budaya Hindu. Pada saf pertama dan saf terakhir masing-masing memiliki sekat berdinding kayu berukuran 2x2 meter untuk tempat salat keluarga keraton.

Yang paling menakjubkan dari masjid ini adalah kisah pembangunannya yang hanya memakan waktu semalam. Semua warga Cirebon mengenal kisah ini dan tertuang pula dalam buku sejarah Babad Tanah Cirebon. Sunan Kalijaga yang menjadi arsiteknya memimpin pembangunan masjid sejak maghrib sampai subuh datang menjelang.

Mustahil? Tidak juga. Jika melihat sejarahnya, yang pertama dibangun adalah bangunan utamanya dengan tiang-tiang besar yang disetel dengan pasak, tanpa paku. Fitriani, seorang wisatawan yang berkunjung dengan keluarganya, termasuk yang percaya kalau ini adalah kejeniusan Sunan Kalijaga sehingga masjid ini selesai dalam semalam.

"Ini kan tiangnya disambung-sambung dengan pasak, kalau istilah sekarang ini namanya bangunan knock down. Dirakitnya kan cepat, mungkin saja memang dibangun dalam semalam," ujar dia.

Nah, salah satu tiang yang terkenal di masjid ini disebut Saka Tatal, di sudut selatan teras masjid yang asli. Bisa dibilang ini adalah ciri khas Sunan Kalijaga dalam membangun masjidnya. Dia menyambung potongan-potongan tiang (tatal-red) dan mengikatnya dengan lempeng besi menjadi satu tiang baru. Saka Tatal mengandung filosofi persatuan bangsa.

Satu lagi keunikan masjid ini adalah tradisi Adzan Pitu atau Adzan Tujuh pada Salat Jumat. Adzan Salat Jumat di masjid ini dilantunkan oleh tujuh orang sekaligus. Jangan lewatkan adzan keren ini, kalau Anda berwisata ke Masjid Agung Sang Cipta Rasa!
#Islamgram 

Tuesday, August 13, 2013

,

GROSIR (SEJARAH) SARUNG DI INDONESIA

Sarung, Merupakan jenis sandang yang tak asing lagi di Indonesia. Bahkan sandang ini sangat identik dengan keislaman, dimana sering sekali di gunakan dalam peribadatan.

Menurut Wikipedia :
Sarung merupakan sepotong kain lebar yang dijahit pada kedua ujungnya sehingga berbentuk seperti pipa/tabung. Ini adalah arti dasar dari sarung yang berlaku di Indonesia atau tempat-tempat sekawasan. Dalam pengertian busana internasional, sarung (sarong) berarti sepotong kain lebar yang pemakaiannya dibebatkan pada pinggang untuk menutup bagian bawah tubuh (pinggang ke bawah).
Kain sarung dibuat dari bermacam-macam bahan: katun, poliester, atau sutera. Penggunaan sarung sangat luas, untuk santai di rumah hingga pada penggunaan resmi seperti ibadah atau upacara perkawinan. Pada umumnya penggunaan kain sarung pada acara resmi terkait sebagai pelengkap baju daerah tertentu.
Motif kain sarung yang umum adalah garis-garis yang saling melintang. Namun demikian, sarung untuk pakaian daerah dapat pula dibuat dari bahan tenun ikat, songket, serta tapis
Salah satu produk tekstil yang berkembang di era Islam dan masih bertahan hingga saat ini adalah sarung -- kain lebar yang dijahit pada kedua ujungnya sehingga berbentuk seperti tabung. Menurut catatan sejarah,  sarung berasal dari Yaman.  Di negeri itu sarung biasa disebut  futah.

Sarung juga dikenal dengan nama  izaar, wazaar atau ma'awis. Masyarakat di negara Oman menyebut sarung dengan nama  wizaar. Orang Arab Saudi mengenalnya dengan nama  izaar. Penggunaan sarung telah meluas, tak hanya di Semenanjung Arab, namun juga mencapai Asia Selatan, Asia Tenggara, Afrika, hingga Amerika dan Eropa.

Dalam  Ensiklopedia Britanica, disebutkan sarung berasal dari Yaman. Di negeri itu sarung biasa disebut futah. Sarung juga dikenal dengan nama izaar, wazaar atau ma'awis.Masyarakat di negara Oman menyebut sarung dengan nama wizaar. Orang Arab Saudi mengenalnya dengan nama izaar. Penggunaan sarung telah meluas, tak hanya di Semenanjung Arab, namun juga mencapai Asia Selatan, Asia Tenggara, Afrika, hingga Amerika dan Eropa. Sarung pertama kali masuk ke Indonesia pada abad ke 14, dibawa oleh para saudagar Arab dan Gujarat. Dalam perkembangan berikutnya, sarung di Indonesia identik dengan kebudayaan Islam.


Percampuran budaya sepanjang pesisir Indonesia membuat corak sarung lebih bervariasi. Desain Islam, Jawa, China dan Indo-Eropa melebur. Sehingga, sarung pesisir mempunyai warna, motif, dan pola yang lebih bebas.

Pada zaman penjajahan Belanda, sarung identik dengan perjuangan melawan budaya barat yang dibawa para penjajah. Kemudian, sarung menjadi satu di antara simbol dan nilai-nilai budaya Indonesia. Sarung biasanya dipakai untuk acara keagamaan, adat dan pernikahan. Dalam acara ini, baik pria dan wanita biasa memakai busana tradisional terbaik dengan sarung yang penuh warna dan kemegahan.

Motif kain sarung yang umum adalah garis-garis yang saling melintang. Namun demikian, sarung untuk pakaian daerah dapat pula dibuat dari bahan tenun ikat, songket, serta tapis.
Sarung pada umumnya bermotif geometris atau garis-garis yang saling melintang, baik vertikal maupun horizontal. Sementara, sarung untuk pakaian daerah memiliki motif yang lebih beraneka ragam, misal batik. Motif sarung batik misalnya, memiliki motif bunga atau dedaunan, dengan berbagai warna-warna alami. Sementara, Sarung Tapis bermotif alam, flora dan fauna ditenun dengan menggunakan benang emas dan benang perak.motiv kain sarung terus beradaptasi sesuai dengan budaya lokal.

Beberapa corak sarung di Indonesia

  • Sarung Samarinda
Sarung Samarinda atau Tajong Samarinda adalah jenis kain tenunan tradisional yang bisa didapatkan di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Sarung ini ditenun dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang disebut Gedokan. Produk yang dihasilkan untuk satu buah sarung memakan waktu 15 hari.
Kerajinan tenun sarung ini pada mulanya dibawa oleh pendatang suku Bugis dari Sulawesi yang berdiam di kawasan Tanah Rendah (sekarang bernama Samarinda Seberang) pada tahun 1668 yang menjadi cikal-bakal pendirian Kota Samarinda.
Sarung Samarinda kian memudar seiring munculnya Sarung yang asli tapi palsu buatan Gresik.
  • Sarung Poleng Bali
Dewa Budjana "Gigi" Menggunakan Motif Sarung Poleng menghias Perangkat Sound nya
Sarung tenun Poleng ( Kain Poleng ) sudah menjadi bagian dari kehidupan religius umat Hindu di Bali. Kain itu digunakan untuk keperluan sakral dan profan. Di pura. digunakan untuk tedung (payung), umbul-umbul, untuk menghias palinggih, patung, dan kul-kul. Tidak hanya benda sakral, pohon di pura pun banyak dililit kain poleng.
Menurut penelitian, bentuk saput poleng beranekaragam. Misalnya dari segi warna, ukurannya, hiasannya, hiasan tepinya, bahan kainnya, dan ukuran kotak-kotaknya. Berdasarkan warnanya, ada kain poleng yang disebut rwabhineda (hitam dan putih), sudhamala (putih, abu-abu, hitam), dan tridatu (putih, hitam, merah).
kain poleng ini muncul dan digunakan umat Hindu dalam kehidupan religius? Diperkirakan, kain poleng yang pertama ada dan digunakan umat Hindu adalah kain poleng rwabhineda. Setelah itu barulah muncul kain poleng sudhamala dan tri datu.   
Perkembangan warna ini juga mencerminkan tingkat pemikiran manusia, yakni dari tingkat sederhana menuju perkembangan yang lebih sempurna. Masing-masing warna memiliki makna filosofisnya sendiri. Rwabhineda memiliki dua unsur warna. Hitam pekat dan putih bersih; disamping itu juga ada warna abu-abu dari unsur putih 50% dan unsur hitam 50%. Namun pada dasarnya tetap hanya ada dua unsur warna yaitu hitam dan putih. Gelap-terang, kiri-kanan, laki-perempuan, baik-buruk.
Kenapa kain poleng ini hanya dikenakan bagi tokoh-tokoh tertentu; seperti sang Werkudoro/Bimasena, Anoman dan yang lainnya dalam pewayangan? Tokoh-tokoh ini disimbolkan sebagai seorang yang bersifat jujur, terbuka, lugas, trasparan…, karena kontras hitam dan putih bermakna suatu kejelasan, kejernihan, apa adanya.” Sedangkan warna abu-abu mengandung makna, bahwa dalam setiap kesempatan selalu terkandung unsur baik dan buruk dalam kadar yang sama, walau pada permukaannya tak jelas atau barangkali tak kelihatan sama sekali bagi mata hati kita yang tertutup penuh oleh debu keserakahan dan kepentingan ego.
  • Sarung Sutera Bugis

Awalnya, tradisi tenun tersebut dikembangkan secara manual dan tradisional, namun kini sudah ada beberapa perajin sutera yang meninggalkan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), karena alasan mengejar produksi. Dari 14 kecamatan di Kabupaten Wajo, 10 kecamatan di antaranya seperti Kecamatan Tempe, Tanasitolo, Majauleng, Sabbangparu, Pammana, dan Sajoanging, sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup dari hasil usaha persuteraan.

Produksi sarung sutera yang dalam bahasa Bugis-Makassarnya lipa sabbe, dipasok dari empat daerah masing-masing Majene, Polewali, Wajo dan Soppeng. Namun yang lebih terkenal baik dalam skala lokal maupun nasional, bahkan mancanegara adalah sarung sutera dari Kabupaten Wajo. Pasalnya, baik corak maupun kualitasnya memiliki keunggulan yang lebih dibanding produksi daerah lainnya.

  • Ulos, Sarung Khas Batak

Ulos atau sering juga disebut kain ulos adalah salah satu busana khas Indonesia. Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak, Sumatera. Dari bahasa asalnya, ulos berarti kain.

Pada mulanya fungsi Ulos adalah untuk menghangatkan badan, tetapi kini Ulos memiliki fungsi simbolik untuk hal-hal lain dalam segala aspek kehidupan orang Batak. Contohnya ulos dianggap sebagai pengikat kasih sayang diantara sesama . Ulos tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang Batak. Setiap ulos mempunyai ‘raksa’ sendiri-sendiri, artinya mempunyai sifat, keadaan, fungsi, dan hubungan dengan hal atau benda tertentu. Dikalangan orang batak sering terdengar mengulosi yang artinya memberi Ulos, atau menghangatkan dengan ulos. Dalam kepercayaan orang-orang Batak, jika (tondi) pun perlu diulos, sehingga kaum lelaki yang berjiwa keras mempunyai sifat-sifat kejantanan dan kepahlawanan, dan orng perempuan mempunyai sifat-sifat ketahanan untuk melawan guna-guna dan kemandulan.

Warna dominan pada ulos adalah merah, hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak. Mulanya ulos dikenakan di dalam bentuk selendang atau sarung saja, kerap digunakan pada perhelatan resmi atau upacara adat Batak, dalam hal mengulosi, ada aturan yang harus dipatuhi, antara lain orang hanya boleh mengulosi mereka yang menurut kerabatan berada dibawahnya, misalnya orang tua boleh mengulosi anak, tetapi anak tidak boleh mengulosi orang tua. Jadi dalam prinsip kekerabatn Batak yang disebut ‘Dalihan Na tolu’, yang terdiri atas unsur-unsur hula-hula boru, dan dongan sabutuha, seorang boru sama sekali tidak dibenarkan mengulosi hula-hulanya. Ulos yang diberikan dalam mengulosi tidak boleh sembarangan, baik dalam macam maupun cara membuatnya.
  • Sarung Tenun Betawi

Sarung khas Betawi , sarung yang kebanyakan orang betawi asli bermotif kotak-kotak dengan motif warna yang soft (lembut), ada juga motif lainnya. Bagi orang-orang betawi sarung mereka biasa di kalungkan pada leher, dan itu sudah ada sejak ajaran islam masuk ke tanah jawa khususnya Betawi , misal pada jaman kolonial Belanda dulu tokoh pencak silat seperti, si pitung, abang jampang, dan tokoh-tokoh yang lainnya, mereka selalu mengenakan sarung di pundak atau melingakar di leher mereka.
Hingga sekarang pun kaum lelakinya selalu mengenakan pakaian adat Betawi dengan kain sarung yang selalu melingkar di leher mereka.
  • Sarung Tenun Goyor

Sarung Tenun Goyor, Dari desa sederhana yaitu desa Troso di Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara, sarung tenun goyor yang dihasilkan warga troso mampu mencapai daratan Afrika dan Timur Tengah dari berbagai corak dan ragam sarung tenun goyor.

 Semoga bermanfaat #Islamgram

Monday, August 12, 2013

Iman




BESI itu kuat, tapi API mampu meleburkannya..
API itu kuat, tapi AIR mampu memadamkannya..
AIR itu kuat, tapi AWAN mampu menyerapnya..
AWAN itu kuat, tapi ANGIN mampu menolaknya..
ANGIN itu kuat, tapi BUKIT mampu menghalanginya..
BUKIT itu kuat, tapi MANUSIA mampu menghancurkannya..
MANUSIA itu kuat, tapi NAFSU mampu menundukannya..
NAFSU itu kuat, tapi IMAN mampu mengalahkannya..

Tetapi apabila IMAN KUAT, tiada apapun yang mampu mengalahkannya


#Islamgram

Etika Makan ala Nabi


Author : Helmi Nawali
Seorang Kawan menulis sebuah note menarik di Halaman Facebooknya, semoga Bermanfaat
 
Berbagai tudingan miring telah banyak ditujukan kepada agama Islam, yang kitabnya palsu lah, yang Nabinya pembohong, yang irasional, dan sebagainya. Tuduhan-tuduhan tersebut biarlah menjadi bahan instropeksi bagi umat Islam untuk mengkaji Islam lebih dalam.

Salah satu ciri khas Islam bahwasanya Islam tidak hanya mengatur hal-hal besar dalam kehidupan. Islam memberikan rule (aturan) dalam setiap aktifitas manusia. Pada kesempatan ini, akan dibahas bagaimana etika dan aturan sebelum menyantap makanan.

Hemmm, makanan? Ah, tema yang sederhana atau mungkin diremehkan oleh sebagian kalangan. Tapi, jangan salah. Makanan memiliki dampak yang sangat hebat dan luas. Makanan bisa berdampak terhadap kesehatan jasmani dan rohani. Makanan juga berdampat terhadap keselamatan dunia dan akhirat. Bahkan, meminjam istilah Imam Ghazali, makanan berdampak terhadap kaya atau miskin. Makanan juga merupakan ibadah, sebab kaidahnya “Ma yusta’anu ‘alal ibadah, ibadah” (Sarana dan prasarana ibadah juga dikategorikan sebagai ibadah).

Bagaimana dan apa saja yang harus dilakukan oleh seseorang sebelum menyantap makanan? Untuk menjawab hal ini, penulis merujuk kepada kitab Ihya’ Ulumuddin, magnum opuznya Imam Ghazali (Tunggu karya penulis edisi berikutnya yang akan membahas tentang pemuja dan pencela Ghazali).

Etika Pertama, sebelum makan, hendaknya seseorang memperhatikan status makanan dan minuman yang “halalan thayyiban”. Makanan itu harus diperoleh dengan cara yang halal dan tidak syubhat. Selain itu makanan harus thayyib, makanan yang menurut kebanyakan orang dianggap enak, sedap dipandang, dan bersih. Kenapa harus yang halal? Makanan halal setidaknya mengandung kepatuhan terhadap Tuhan dan aspek sosial. Dengan memakan makanan yang halal, berarti kita telah mematuhi dan mentaati titah Tuhan. Bukankah tidak ada hal lain yang lebih besar ketimbang mematuhi titah-Nya? Implikasi dari kepatuhan tersebut, kita akan diselamatkan dari siksa Neraka. Nabi saw. pernah bersabda: Ma nabata minal haram, fa Annaru awla bih (Daging yang tumbuh dari barang haram, maka neraka lebih pantas baginya). Artinya, secuil saja barang haram yang masuk ke dalam tubuh, bisa dipastikan hal itu akan menyebar mengikuti aliran darah dan kemungkinan tumbuh menjadi daging dalam tubuh kita. Sehingga, jangan secuilpun memakan makanan dan minuman yang haram.

Selanjutnya, ke-halal-an juga berdampak terhadap aspek sosial. Artinya, dengan memakan yang halal saja, kita tidak mendzalimi sesama. Berarti makanan itu didapatkan dari cara yang halal dan baik, bukan dengan jalan mencuri, merampok, mencopet, menjarah, korupsi, dan sebagainya.

Etika Kedua, membasuh tangan sebelum makan. Islam dengan aturan ini berusaha menjaga kesehatan umatnya. Kita tahu bahwa dalam satu jam saja, tangan sudah menyentuh banyak hal; menyentuh tubuh sendiri, tubuh orang lain, pulpen, buku, komputer, sepeda motor, atau bahkan menyentuh sesuatu yang jelas-jelas jorok dan kotor. Barang-barang tersebut bisa dipastikan memiliki bakteri yang menempel padanya, sehingga tatkala tangan menyentuh benda-benda tersebut tentu bakterinya juga akan menempel ke tangan si penyentuh. Di sinilah pentingnya mencuci tangan sebelum makan. Jangan sampai bakteri dan kotoran yang menempel di tangan ikut masuk ke dalam tubuh, sehingga suatu saat akan berdampak negatif terhadap kesehatan.

Kalau istilahnya Imam Ghazali, menyitir sebuah hadis “Berwudlu’ (membasuh anggota tubuh, utamanya tangan) sebelum menyantap makanan menegasikan kefakiran”. Atau dengan kata lain, dengan membasuh tangan sebelum makan, berarti kita menghindari kehakiran. Kata-kata ini berusaha mensugesti umat Islam agar selalu memperhatikan kebersihan dan kesehatan. Sebab sehat itu mahal. Penyakit itu kebanyakan berasal dari pola makan yang salah, termasuk diantaranya makan dengan tangan kotor. Konon, untuk operasi usus buntu saja dibutuhkan dana sekitar 20 juta rupiah. Artinya, bila gara-gara makan dengan tangan kotor saja bisa menyebabkan penyakit usus buntu, maka akibatnya kita akan mengeluarkan uang 20 juta untuk mengatasi penyakit itu. Andai saja tangannya disterilkan dulu sebelum makan, maka 20 juta tidak akan melayang.

Etika Ketiga ialah menggelar tikar (sufrah) di atas tanah sebagai tempat menyantap makanan atau dalam istilah terkini “Lesehan”. Aturan ini bukan suatu keharusan, hanya sebuah tawaran yang memiliki nilai sosial. Artinya, boleh-boleh saja makan di atas meja, makan di atas pesawat, makan di manapun dan menggunakan sarana apapun. Namun, apa yang ditawarkan oleh Imam Ghazali nampaknya memiliki nilai plus.

Nilai plus yang bisa dipetik dari duduk ala lesehan adalah sebagai berikut:  Pertama , Tanah merupakan esensi manusia. Dengan metode lesehan, kita diingatkan akan asal-muasal kita. Kedua, dengan lesehan, kita diajarkan untuk senantiasa memiliki rasa tawadhu’ (rendah diri). Tidak ada perbedaan antara majikan dan pesuruh, pejabat dan rakyat, kyai dan santri, rektor, dosen, dan mahasiswa, semuanya berbaur di atas tikar yang digelar. Duduk model lesehan tidak menjadikan yang berstatus sosial rendah merasa sungkan. Berbeda bila duduk diatas kursi dan makananya ditata sedemikian rupa di meja. Dalam situasi seperti ini, yang merasa status sosialnya lebih rendah akan segan duduk di atas kursi. Dengan kata lain, lesehan menciptakan keakraban tanpa pandang bulu.

Ketiga, lebih relaks ketimbang duduk model lainnya. Lesehan membuat kita leluasa bergerak. Kita bisa duduk dengan berbagai model, sesuai dengan suasana forum. Bila dengan teman sejawat, kita bisa duduk bersila, berselonjor, atau model duduk yang lainnya. Bila dengan atasan, setidaknya kita menjaga sikap agar terlihat sopan, jangan duduk berselonjor.

Akhir-akhir ini warung, depot, dan restoran juga mulai merubah desain tempat duduknya. Sudah banyak yang mendesain rumah makan dengan model lesehan. Ini merupakan sebuah bukti bahwa duduk model lesehan memiliki nilai plus yang saya sebutkan di atas. Artinya, rumah makan selama ini sudah merasa jenuh dengan model-model sebelumnya, dan berusaha kembali ke khittah (lesehan), sehingga nuansa yang diciptakannya menjadi penarik bagi konsumen.

Etika Keempat yaitu hendaklah makan dan minum dengan duduk yang tenang. Jangan makan dan minum dalam keadaan berdiri, terlentang, atau sambil berlari. Anjuran duduk saat menyantap makanan atau meneguk minuman memiliki dua makna.

  • Pertama,orang yang makan sembari duduk dengan tenang akan terlihat lebih berwibawa ketimbang makan sambil berdiri atau dalam posisi lainnya. Islam menginginkan umatnya agar terlihat wibawa dan tidak diremehkan oleh orang lain. Bayangkan bila seorang presiden atau pengasuh pondok pesantren menyantap makanan sambil berjalan atau sambil tidur-tiduran, tentu hal itu akan mencoreng harga diri dan kewibawaannya. 
  • Kedua, Islam memperhatikan kesehatan umatnya. Dalam sebuah riwayat disebutkan “Janganlah kamu minum sambil berdiri”. Larangan ini bila dilihat dari sisi medis ternyata berdampak terhadap kesehatan tubuh. Tubuh ibarat selang air. Bila selang itu tidak menekuk, maka saluran air akan sangat lancar dan cepat. Begitu pula tubuh, bila kita mengkonsumsi makanan atau minuman sambil duduk, maka apa yang kita konsumsi akan berjalan pelan dan lembut. Berbeda bila minum sambil berdiri, maka akan menyebabkan makanan dan minuma jatuh ke usus dengan keras dan cepat, jika hal ini terjadi berulang-ulang dalam waktu lama maka akan menyebabkan melar dan jatuhnya usus, yang kemudian menyebabkan disfungsi pencernaan.

Lebih lanjut, posisi berdiri menuntut tubuh bekerja keras untuk menjaga keseimbangan dan agar bisa berdiri dengan stabil dan sempurna. Sehingga bisa dipastikan, dalam keadaan berdiri otot-otot menjadi lebih tegang dan tidak relaks. Ini merupakan kerja yang sangat teliti yang melibatkan semua susunan syaraf dan otot secara bersamaan, yang menjadikan manusia tidak bisa mencapai ketenangan yang merupakan syarat terpenting pada saat makan dan minum. Ketenangan ini bisa dihasilkan pada saat duduk, di mana syaraf berada dalam keadaan tenang dan tidak tegang, sehingga sistem pencernaan dalam keadaan siap untuk menerima makanan dan minum dengan cara cepat.

Hal ini tentu bertolak belakang dengan sebagian budaya kita saat menjamu para tamu. Ketika menjamu tamu, biasanya kita cenderung untuk memberikan pelayanan dan suguhan yang terbaik, di antaranya dengan menghidangkan makanan ala Prasmanan. Setiap tamu yang hadir dipersilahkan sendiri memilih menu makanan yang sesuai dengan seleranya masing-masing. Dan biasanya model prasmanan ini tidak menyediakan kursi / tempat duduk yang memadai. Sehingga kebanyakan tamu akan makan sambil berdiri, jongkok, dan sebagainya tergantung stok kursi yang disediakan oleh tuan Rumah.

Nampaknya budaya prasmanan dengan fakta seperti yang saya sebutkan di atas harus didesain ulang sehingga semua orang yang ikut makan dan minum dalam jamuan tersebut bisa makan dan minum sambil duduk dengan tenang. Siapa yang harus mendesain ulang????


Etika Kelima, menata niat. Ingat bahwa Makan merupakan sarana untuk mendukung terlaksananya ibadah dengan sempurna. Tubuh memerlukan stamina dan kekuatan yang bisa tercukupi dengan makanan dan minuman. Dengan berniat agar kuat dan sempurna dalam melaksanakan kewajiban, maka aktifitas makanpun bernilai bahkan merupakan ibadah itu sendiri. Sebab kaidahnya, ma yusta’anu ‘alal ibadah, ibadah (Segala hal yang dijadikan sarana dalam ibadah, juga dinamakan ibadah). Aktifitas makan secara lahir memang tidak ada kaitannya dengan ibadah, namun bila aktifitas tersebut ditujukan agar seseorang kuat dan sempurna dalam melaksanakan ibadah, makan makanpun juga dikategorikan sebagai aktifitas yang bernilai ibadah.

Ketika hendak menyantap makanan, kita dianjurkan untuk menata niat sehingga aktifitas makan yang kita lakukan memiliki nilai plus. Sebab, bila makan hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan nafsu, tidak ada bedanya antara orang Islam dengan non-Islam. Tidak ada bedanya antara manusia dengan hewan yang tak pernah berniat “’I’anah ‘ala taqwa”. Jadi, niat tersebut menjadi pembeda antara yang berakal dan tidak berakal, antara yang Islam dan non-Islam.

Dengan menata niat semacam itu, salah satu implikasinya adalah makan saat tubuh membutuhkannya, bukan saat nafsu menginginkannya. Bila perut sudah merasa lapar, baru ia mengkonsumsi makanan dan itupun hanya sekedar untuk mengganjal perut (tidak terlalu kenyang). Sehingga tidak ada beda antara menu makanannya lezat atau tidak, ia tetap makan sesuai dengan kebutuhan. Berbeda bila motivasi makannya adalah nafsu, pasti ia akan makan dengan lahap sampai kenyang. Nabi Muhammad saw. bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ما ملأ آدمي وعاء شرا من بطنه حسب ابن آدم لقيمات يقمن صلبه فإن لم يفعل فثلث طعام وثلث شراب وثلث للنفس
 “Anak Adam tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan." HR Ibnu Majah dan Ibnu Hibban

Hadis tersebut di atas merupakan anjuran agar makan tidak terlalu kenyang, sebab kondisi perut yang terlalu kenyang bisa mengakibatkan kemalasan dan rentan penyakit. Bukankah Rasulullah saw. seumur hidup hanya sakit dua kali? Apa rahasianya? Sebenarnya tips sehat ala Rasulullah saw. terletak pada hadis ini.

Etika Keenam, makan seadanya. Bila makanan sudah disiapkan untuk kita, maka janganlah menunggu atau mencari makanan lain yang lebih lezat. Nikmatilah makanan yang sudah disediakan. Berusahalah untuk belajar makan apa adanya. Mengapa Rasulullah mengajarkan etika semacam ini? Apakah beliau menginginkan umatnya hidup miskin? Tidak, dengan anjuran semacam ini Rasulullah saw berusaha mengajak kita hidup sederhana sebab di luar sana betapa banyak saudara-saudara kita yang belum bisa menikmati makanan enak atau bahkan tidak bisa menikmati makanan ala kadarnya. Anjuran ini berusaha meningkatkan kepekaan sosial.

Selain itu, anjuran semacam ini berusaha mengajarkan kita agar menghargai segala sesuatu termasuk makanan. Makanan yang sudah ada itu harus dinikmati sebagai bentuk penghargaan kita terhadapnya. Bila kita masih mencari menu lain, sementara di hadapan kita sudah tersedia, berarti kita menghina makanan yang sudah ada atau kurang menghargainya. Dengan kata lain, anjuran Rasulullah ini juga berusaha meningkatkan “kepekaan sosial terhadap makanan”.

Etika Ketujuh, usahakan setiap kali makan kita mengajak orang lain untuk makan bersama. Anjuran ini mengajarkan kita untuk hidup bermasyarakat, tidak egois, tidak individualis, sosialis, lomanis, dan sebagainya. Dilihat dari aspek ini, sebenarnya Islam sangat memperhatikan aspek sosial. Pada etika-etika sebelumnya telah saya jelaskan bahwa di antara etika yang ditawarkan berusaha meningkatkan kepekaan sosial. Harapannya, tidak ada kesenjangan yang signifikan antara si kaya dan si miskin, pejabat dan rakyat, tua dan muda, dan seterusnya. Sehingga kehidupan bermasyarakat menjadi lebih sejahtera secara merata.

Demikian ketujuh etika yang harus diperhatikan oleh “para pemakan” sebelum menikmati dan menyantap makanannya. Semoga tulisan yang singkat ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Amin.

Wallahu A’lam