Friday, August 9, 2013

Filled Under: ,

PETASAN, SEJARAHNYA DI INDONESIA....CETAARR!!!



Petasan dalam Lebaran di Indonesia seperti tradisi yang tak dapat dipisahkan, dalam artian ketika lebaran hampir pasti ada petasan. Meski walau tanpa petasan Lebaran tetap berlangsung, namun rasanya ada yang kurang cetar [kalau meminjam istilah Syahrini]. Kurang afdol rasanya jika lebaran tanpa petasan. Jika kita perhatikan hampir di setiap daerah di Indonesia warganya kerap menyalakan petasan. Peraturan pun rasanya tak mampu meredam tradisi ini.

BAGAIMANAKAN SEJARAH PETASAN DI INDONESIA?

Petasan bukan berasal dari Indonesia, Dalam beberapa literatur Cina dicatat bahwa bubuk mesiu pertama kali ditemukan pada masa Dinasti Sung (960-1279). Orang Cina menemukan bubuk mesiu yang merupakan campuran dari potasium nitrat, sulfur, hingga charcoal yang jika digabungkan dengan oksigen akan menimbulkan ledakan dan cahaya yang menyembur. Selain digunakan dalam peperangan ketika Cina hendak menghadang ekspansi Mongol yang dipimpin oleh Kaisar Kubelai Khan pada tahun 1279, mesiu juga digunakan untuk penyemarakan pesta tradisi Cina yaitu pernikahan dengan spiritualitas dasar: mengusir roh-roh jahat yang bisa saja mengganggu perayaan dan pesta.

Ada juga yang mengatakan bahwa mulanya seorang juru masak secara tak sengaja mencampur tiga bahan bubuk hitam (black powder) yakni garam peter atau kalium nitrat, belerang (sulfur), dan arang dari kayu (charcoal) yang berasal dari dapurnya. Ternyata campuran ketiga bahan itu mudah terbakar. ika ketiga bahan tersebut dimasukan ke dalam sepotong bambu yang ada sumbunya yang lalu dibakar dan akan meletus dan mengeluarkan suara ledakan keras yang dipercaya mengusir roh jahat. Dalam perkembangannya, petasan jenis ini dipercaya dipakai juga dalam perayaan pernikahan, kemenangan perang, peristiwa gerhana bulan, dan upacara-upacara keagamaan. Baru pada saat dinasti Song didirikan pabrik petasan yang kemudian menjadi dasar dari pembuatan kembang api karena lebih menitikberatkan pada warna-warni dan bentuk pijar-pijar api di angkasa hingga akhirnya dibedakan.

 Di Indonesia, tradisi petasan dibawa oleh Orang Tiong Hoa yang datang untuk menetap. Orang Tiong Hoa yang datang pertama kali di nusantara khususnya di Jawa yaitu seorang pendeta Budha Fa Hien (Faxien). Ia datang ke Jawa pada tahun 413. Ia mendapati pulau Jawa tidak ada orang Tiong Hoa. Ia kembali ke Cina. Selanjutnya dalam banyak literatur dicatat bahwa orang Tiong Hoa yang datang ke Indonesia ternyata hanya berasal dari dua propinsi yaitu Fukien dan Kwang Tung.

Seorang sejarawan Betawi yaitu Alwi Shahab meyakini bahwa tradisi pernikahan orang Betawi yang menggunakan petasan untuk memeriahkan suasana merupakan adopsi tradisi orang-orang Tiong Hoa yang bermukim di sekitar mereka.

Dalam perjalanan waktu, tradisi menyalakan petasan ini ditiru oleh orang-orang Betawi hingga kini, teristimewa menjelang pesta perkimpoian atau khitanan. Itu tidak berhenti di situ saja, ternyata dalam perkembangan waktu petasan memeriahkan bulan suci puasa bagi umat Islam. Arti simbolis petasan dalam tradisi Cina dan Betawi yaitu sebagai alat komunikasi.

"Pada jaman dulu jarak rumah penduduk berjauhan. Untuk memberitahu bahwa ada pesta pernikahan atau khitanan orang menyalakan petasan." -- Alwi Syahab
Selain itu, petasan juga dipakai sebagai sarana untuk memberitahu para undangan dan khalayak ramai bahwa pesta segera dimulai. Kebudayan Betawi tidak statis, tetapi dinamis dan berkembang sepanjang waktu. Ia menyerap berbagai unsur budaya baik lokal maupun global dan mengolahnya menjadi bagian dari tradisi.
Makna petasan dari waktu ke waktu terus mengalami sekularisasi. Pada kebudayaan Cina ada unsur mistisnya yaitu mengusir roh-roh jahat, pada kebudayaan Betawi berkembang menjadi sarana komunikasi dan pada bulan suci puasa semakin sekular yaitu penyemarakan suasana waktu buka puasa maupun saat sahur. Petasan menjadi bagian dari entertainment. Dan seperti kita ketahui bahwa Parung Panjang, sebuah kota di sebelah barat Serpong sampai saat ini masih dikenal sebagai pusat penghasil petasan terbesar di Indonesia.


Udah ya, Mau maen petasan dulu...Semoga Bermanfaat 

#IslamGram

1 komentar: