Friday, July 17, 2015

SELAMAT IDUL FITRI 1436 H


MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN, ISLAMGRAM TIDAK BISA MEMBERIKAN THR, HANYA GAMBAR KARTU LEBARAN ITU SAJA, SILAHKAN DI SAVE UNTUK DI SEBARKAN ATAU DIJADIKAN DP BBM HEHE....


SELAMAT IDHUL FITRI 1436 H, MOHON MAAF LAHIR BATIN

Wednesday, July 8, 2015

THR

Di Indonesia khususnya, THR sudah sperti satu paket dengan lebaran. selain sebagai apresiasi sebuah perbuatan (kerja misalnya) THR menjadi suatu "ritual" yang sudah turun temurun. Mungkin ada hubungannya dengan ang pao? entahlah..



Belom dapat THR? Banyak-banyaklah berdoa :P

  1. Versi Standar : “ Ya Tuhan, Jika memang ada THR segerakanlah Jika tidak ada mohon hindarkan telinga hamba dari gosipnya”
  2. Versi Maksa : “Ya Tuhan, Jika memang dalam catatan jatah rezekiku ada THR tahun ini, segerakanlah…Jika Tidak, mohon di cek ulang. Jika tetap tidak ada, ku ajukan Proposal THR pada Mu”
  3. Versi Pak Tarno : ““Ya Tuhan, Jika memang dalam catatan jatah rezekiku ada THR tahun ini, segerakanlah…Jika Tidak tolong di bantu yak…bimsalabim THR jadi ada…Prok..prok…prok”
  4. Versi SBY : ““Ya Tuhan, Jika memang dalam catatan jatah rezekiku ada THR tahun ini, segerakanlah…Jika Tidak…Lanjutkan”
  5. Versi Kak Rhoma : ““Ya Tuhan, Jika memang dalam catatan jatah rezekiku ada THR tahun ini, segerakanlah…Jika Tidak…Sungguh…TER…LA….LUUU…”
  6. Versi Iwan Fals : “Ya Tuhan, Jika memang dalam catatan jatah rezekiku ada THR tahun ini, segerakanlah…Jika Tidak, Bongkaar!!!”
  7. Versi Bang Napi : ““Ya Tuhan, Jika memang dalam catatan jatah rezekiku ada THR tahun ini, segerakanlah…Jika Tidak…Waspadalah!!
  8. Versi OVJ : ““Ya Tuhan, Jika memang dalam catatan jatah rezekiku ada THR tahun ini, segerakanlah…Jika Tidak, Kita langsung ke TE…KA…PE…"
  9. Versi Sule : “Ya Tuhan, Jika memang dalam catatan jatah rezekiku ada THR tahun ini, segerakanlah…Jika Tidak…ooo…tidak wisaaa…"
  10. Versi Anak Alay : “Ya Tuhan, Jika memang dalam catatan jatah rezekiku ada THR tahun ini, segerakanlah…Jika Tidak, Please deh ah”
  11. Versi Mama minta pulsa : “Ya Tuhan, Jika memang dalam catatan jatah rezekiku ada THR tahun ini, segerakanlah…Jika Tidak Tolong isikan mama pulsa, Mama masih di kantor polisi, mau ikut lebaran”
  12. Versi Bondan Feat. Fade2Black : “Ya Tuhan, Jika memang dalam catatan jatah rezekiku ada THR tahun ini, segerakanlah…Jika Tidak…Ya, Sudahlah”
  13. Versi Ayu ting-ting : ““Ya Tuhan, Jika memang dalam catatan jatah rezekiku ada THR tahun ini, segerakanlah…Jika Tidak…Dimana? Dimana? Dimana?"
  14. Versi Chita citata : ““Ya Tuhan, Jika memang dalam catatan jatah rezekiku ada THR tahun ini, segerakanlah…Jika Tidak..Sakitnya tuh dicinii.."

#IslamGerrr #IslamGraam

Monday, July 6, 2015

, ,

KISAH-KISAH WALI (WALI SONGO)

Salah satu (sekelompok) wali yang masyhur adalah kisah wali songo. Para penyebar agama islam yang begitu berjasa menyebarkan islam di bumi Nusantara, Ada pelbagai versi mengenai asal-usul Wali songo. Ada yang berlatar belakang sejarah kerajaan, ada pula yang berdasarkan kitab serta keturunan sejarah, bahkan dari timur tengah. 

Berikut adalah salah satu kisah asal muasal kedatangan wali songo di bumi nussantara.

WALI SONGO UTUSAN KHALIFAH
 

Bisa dikatakan tak akan ada Islam di Indonesia tanpa peran khilafah. Orang sering mengatakan bahwa Islam di Indonesia, khususnya di tanah Jawa disebarkan oleh Walisongo. Tapi tak banyak orang tahu, siapa sebenarnya Walisongo itu? Dari mana mereka berasal? Tidak mungkin to mereka tiba-tiba ada, seolah turun dari langit?

Dalam kitab Kanzul ‘Hum yang ditulis oleh Ibn Bathuthah yang kini tersimpan di Museum Istana Turki di Istanbul, disebutkan bahwa Walisongo dikirim oleh Sultan Muhammad I. Awalnya, ia pada tahun 1404 M (808 H) mengirim surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya meminta dikirim sejumlah ulama yang memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa.

Jadi, Walisongo sesungguhnya adalah para dai atau ulama yang diutus khalifah di masa Kekhilafahan Utsmani untuk menyebarkan Islam di Nusantara. Dan jumlahnya ternyata tidak hanya sembilan (Songo). Ada 6 angkatan yang masing-masing jumlahnya sekitar sembilan orang. Memang awalnya dimulai oleh angkatan I yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki, pada tahun 1400 an. Ia yang ahli politik dan irigasi itu menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara. Seangkatan dengannya, ada dua wali dari Palestina yang berdakwah di Banten. Yaitu Maulana Hasanudin, kakek Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Aliudin. Jadi, masyarakat Banten sesungguhnya punya hubungan biologis dan ideologis dengan Palestina.

Lalu ada Syekh Ja’far Shadiq dan Syarif Hidayatullah yang di sini lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati. Keduanya juga berasal dari Palestina. Sunan Kudus mendirikan sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang kemudian disebut Kudus – berasal dari kata al Quds (Jerusalem).

Dari para wali itulah kemudian Islam menyebar ke mana-mana hingga seperti yang kita lihat sekarang. Oleh karena itu, sungguh aneh kalau ada dari umat Islam sekarang yang menolak khilafah. Itu sama artinya ia menolak sejarahnya sendiri, padahal nenek moyangnya mengenal Islam tak lain dari para ulama yang diutus oleh para khalifah.

Islam masuk ke Indonesia pada abad 7M (abad 1H), jauh sebelum penjajah datang. Islam terus berkembang dan mempengaruhi situasi politik ketika itu. Berdirilah kesultanan-kesultanan Islam seperti di Sumatera setidaknya diwakili oleh institusi kesultanan Peureulak (didirikan pada 1 Muharram 225H atau 12 November tahun 839M), Samudera Pasai, Aceh Darussalam, Palembang; Ternate, Tidore dan Bacan di Maluku (Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440); Kesultanan Sambas, Pontianak, Banjar, Pasir, Bulungan, Tanjungpura, Mempawah, Sintang dan Kutai di Kalimantan.

Adapun kesultanan di Jawa antara lain: kesultanan Demak, Pajang, Cirebon dan Banten. Di Sulawesi, Islam diterapkan dalam institusi kerajaan Gowa dan Tallo, Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu. Sementara di Nusa Tenggara penerapan Islam di sana dilaksanakan dalam institusi kesultanan Bima. Setelah Islam berkembang dan menjelma menjadi sebuah institusi maka hukum-hukum Islam diterapkan secara menyeluruh dan sistemik dalam kesultanan-kesultanan tersebut.

PERIODE DAKWAH WALI SONGO

Kita sudah mengetahui bahwa mereka adalah Maulana Malik Ibrahim ahli tata pemerintahan negara dari Turki, Maulana Ishaq dari Samarqand yang dikenal dengan nama Syekh Awwalul Islam, Maulana Ahmad Jumadil Kubra dari Mesir, Maulana Muhammad al-Maghrabi dari Maroko, Maulana Malik Israil dari Turki, Maulana Hasanuddin dari Palestina, Maulana Aliyuddin dari Palestina, dan Syekh Subakir dari Persia. Sebelum ke tanah Jawa, umumnya mereka singgah dulu di Pasai. Adalah Sultan Zainal Abidin Bahiyan Syah penguasa Samudra Pasai antara tahun 1349-1406 M yang mengantar Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishaq ke Tanah Jawa.

Pada periode berikutnya, antara tahun 1421-1436 M datang tiga da’i ulama ke Jawa menggantikan da’i yang wafat. Mereka adalah Sayyid Ali Rahmatullah putra Syaikh Ibrahim dari Samarkand (yang dikenal dengan Ibrahim Asmarakandi) dari ibu Putri Raja Campa-Kamboja (Sunan Ampel), Sayyid Ja’far Shadiq dari Palestina (Sunan Kudus), dan Syarif Hidayatullah dari Palestina cucu Raja Siliwangi Pajajaran (Sunan Gunung Jati).

Mulai tahun 1463M makin banyak da’i ulama keturunan Jawa yang menggantikan da’i yang wafat atau pindah tugas. Mereka adalah Raden Paku (Sunan Giri) putra Maulana Ishaq dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu, Raja Blambangan; Raden Said (Sunan Kalijaga) putra Adipati Wilatikta Bupati Tuban; Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang); dan Raden Qasim Dua (Sunan Drajad) putra Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati, putri Prabu Kertabumi Raja Majapahit.

Banyaknya gelar Raden yang berasal dari kata Rahadian yang berarti Tuanku di kalangan para wali, menunjukkan bahwa dakwah Islam sudah terbina dengan subur di kalangan elit penguasa Kerajaan Majapahit. Sehingga terbentuknya sebuah kesultanan tinggal tunggu waktu.

Hubungan tersebut juga nampak antara Aceh dengan Khilafah Utsmaniyah. Bernard Lewis menyebutkan bahwa pada tahun 1563M, penguasa Muslim di Aceh mengirim seorang utusan ke Istambul untuk meminta bantuan melawan Portugis sambil meyakinkan bahwa sejumlah raja di kawasan tersebut telah bersedia masuk agama Islam jika kekhalifahan Utsmaniyah mau menolong mereka.

Saat itu kekhalifahan Utsmaniyah sedang disibukkan dengan berbagai masalah yang mendesak, yaitu pengepungan Malta dan Szigetvar di Hungaria, dan kematian Sultan Sulaiman Agung. Setelah tertunda selama dua bulan, mereka akhirnya membentuk sebuah armada yang terdiri dari 19 kapal perang dan sejumlah kapal lainnya yang mengangkut persenjataan dan persediaan untuk membantu masyarakat Aceh yang terkepung.

Namun, sebagian besar kapal tersebut tidak pernah tiba di Aceh. Banyak dari kapal-kapal tersebut dialihkan untuk tugas yang lebih mendesak yaitu memulihkan dan memperluas kekuasaan Utsmaniyah di Yaman. Ada satu atau dua kapal yang tiba di Aceh. Kapal-kapal tersebut selain membawa pembuat senjata, penembak, dan teknisi juga membawa senjata dan peralatan perang lainnya, yang langsung digunakan oleh penguasa setempat untuk mengusir Portugis. Peristiwa ini dapat diketahui dalam berbagai arsip dokumen negara Turki.

Hubungan ini nampak pula dalam penganugerahan gelar-gelar kehormatan diantaranya Abdul Qadir dari Kesultanan Banten misalnya, tahun 1048 H (1638 M) dianugerahi gelar Sultan Abulmafakir Mahmud Abdul Kadir oleh Syarif Zaid, Syarif Mekkah saat itu. Demikian pula Pangeran Rangsang dari Kesultanan Mataram memperoleh gelar Sultan dari Syarif Mekah tahun 1051 H (1641 M ) dengan gelar Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarami. Pada tahun 1638 M, sultan Abdul Kadir Banten berhasil mengirim utusan membawa misi menghadap syarif Zaid di Mekah.

Hasil misi ke Mekah ini sangat sukses, sehingga dapat dikatakan kesultanan Banten sejak awal memang meganggap dirinya sebagai kerajaan Islam, dan tentunya termasuk Dar al-Islam yang ada di bawah kepemimpinan Khalifah Turki Utsmani di Istanbul. Sultan Ageng Tirtayasa mendapat gelar sultan dari Syarif mekah.

Hubungan erat ini nampak juga dalam bantuan militer yang diberikan oleh Khilafah Islamiyah. Dalam Bustanus Salatin karangan Nuruddin ar-Raniri disebutkan bahwa kesultanan Aceh telah menerima bantuan militer berupa senjata disertai instruktur yang mengajari cara pemakaiannya dari Khilafah Turki Utsmani (1300-1922).

Bernard Lewis (2004) menyebutkan bahwa pada tahun 1563 penguasa Muslim di Aceh mengirim seorang utusan ke Istanbul untuk meminta bantuan melawan Portugis. Dikirimlah 19 kapal perang dan sejumlah kapal lainnya pengangkut persenjataan dan persediaan; sekalipun hanya satu atau dua kapal yang tiba di Aceh.

Tahun 1652 kesultanan Aceh mengirim utusan ke Khilafah Turki Utsmani untuk meminta bantuan meriam. Khilafah Turki Utsmani mengirim 500 orang pasukan orang Turki beserta sejumlah besar alat tembak (meriam) dan amunisi. Tahun 1567, Sultan Salim II mengirim sebuah armada ke Sumatera, meski armada itu lalu dialihkan ke Yaman. Bahkan Snouck Hourgroye menyatakan, “Di Kota Makkah inilah terletak jantung kehidupan agama kepulauan Nusantara, yang setiap detik selalu memompakan darah segar ke seluruh penduduk Muslimin di Indonesia.” Bahkan pada akhir abad 20, Konsul Turki di Batavia membagi-bagikan al-Quran atas nama Sultan Turki.

Di istambul juga dicetak tafsir al-Quran berbahasa melayu karangan Abdur Rauf Sinkili yang pada halaman depannya tertera “dicetak oleh Sultan Turki, raja seluruh orang Islam”. Sultan Turki juga memberikan beasiswa kepada empat orang anak keturunan Arab di Batavia untuk bersekolah di Turki.

Pada masa itu, yang disebut-sebut Sultan Turki tidak lain adalah Khalifah, pemimpin Khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Turki. Selain itu, Snouck Hurgrounye sebagaimana dikutip oleh Deliar Noer mengungkapkan bahwa rakyat kebanyakan pada umumnya di Indonesia, terutama mereka yang tinggal di pelosok-pelosok yang jauh di penjuru tanah air, melihat stambol (Istambul, kedudukan Khalifah Usmaniyah) masih senantiasa sebagai kedudukan seorang raja semua orang mukmin yang kekuasaannya mungkin agaknya untuk sementara berkurang oleh adanya kekuasaan orang-orang kafir, tetapi masih dan tetap [dipandang] sebagai raja dari segala raja di dunia. Mereka juga berpikir bahwa “sultan-sultan yang belum beragama mesti tunduk dan memberikan penghormatannya kepada khalifah.” Demikianlah, dapat dikatakan bahwa Islam berkembang di Indonesia dengan adanya hubungan dengan Khilafah Turki Utsmani.

Dengan demikian, keterkaitan Nusantara sebagai bagian dari Khilafah, baik saat Khilafah Abbasiyah Mesir dan Khilafah Utsmaniyah telah nampak jelas pada pengangkatan Meurah Silu menjadi Sultan Malikussaleh di Kesultanan Samudra-Pasai Darussalam oleh Utusan Syarif Mekkah, dan pengangkatan Sultan Abdul Kadir dari Kesultanan Banten dan Sultan Agung dari Kesultanan Mataram oleh Syarif Mekkah.

Dengan mengacu pada format sistem kehilafahan saat itu, Syarif Mekkah adalah Gubernur (wali) pada masa Khilafah Abbasiyah dan Khilafah Utsmaniyah untuk kawasan Hijaz. Jadi, wali yang berkedudukan di Mekkah bukan semata penganugerahan gelar melainkan pengukuhannya sebagai sultan. Sebab, sultan artinya penguasa. Karenanya, penganugerahan gelar sultan oleh wali lebih merupakan pengukuhan sebagai penguasa Islam. Sementara itu, kelihatan Aceh memiliki hubungan langsung dengan pusat khilafah Utsmaniyah di Turki.

KESIMPULAN

Jumlah dai yang diutus ini tidak hanya sembilan (Songo). Bahkan ada 6 angkatan yang dikirimkan, masing-masing jumlanya sekitar sembilan orang. (Versi lain mengatakan 7 bahkan 10 angkatan karena dilanjutkan oleh anak / keturunannya)

Para Wali ini datang dimulai dari Maulana Malik Ibrahim, asli Turki. Beliau ini ahli politik & irigasi, wafat di Gresik.
- Maulana Malik Ibrahim ini menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara.

- Seangkatan dengan beliau ada 2 wali dari Palestina yg berdakwah di Banten; salah satunya Maulana Hasanudin, beliau kakek Sultan Ageng Tirtayasa.

- Juga Sultan Aliyudin, beliau dari Palestina dan tinggal di Banten. Jadi masyarakat Banten punya hubungan darah & ideologi dg Palestina.

- Juga Syaikh Ja'far Shadiq & Syarif Hidayatullah; dikenal disini sebagai Sunan Kudus & Sunan Gunung Jati; mereka berdua dari Palestina.

- Maka jangan heran, Sunan Kudus mendirikan Kota dengan nama Kudus, mengambil nama Al-Quds (Jerusalem) & Masjid al-Aqsha di dalamnya.

(Sumber Muhammad Jazir, seorang budayawan & sejarawan Jawa , Pak Muhammad Jazir ini juga penasehat Sultan Hamengkubuwono X).

Adapun menurut Berita yang tertulis di dalam kitab Kanzul ‘Hum karya Ibnul Bathuthah, yang kemudiah dilanjutkan oleh Syekh Maulana Al Maghribi.

Sultan Muhammad I itu membentuk tim beranggotakan 9 orang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa dimulai pada tahun 1404. Tim tersebut diketuai oleh Maulana Malik Ibrahim yang merupakan ahli mengatur negara dari Turki.

Wali Songo Angkatan Ke-1, tahun 1404 M/808 H. Terdiri dari:

1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.
2. Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
5. Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
7. Maulana Hasanudin, dari Palestina.
8. Maulana Aliyudin, dari Palestina.
9. Syekh Subakir, dari Iran, Ahli ruqyah.

Wali Songo Angkatan ke-2, tahun 1436 M, terdiri dari :

1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Maulana Ishaq, asal Samarqand, Rusia Selatan
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Maulana Hasanuddin, asal Palestina
8. Maulana 'Aliyuddin, asal Palestina
9. Syekh Subakir, asal Persia Iran.

Wali Songo Angkatan ke-3, 1463 M, terdiri dari:

1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim

Wali Songo Angkatan ke-4,1473 M, terdiri dari :

1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim

Wali Songo Angkatan ke-5,1478 M, terdiri dari :

1. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Syaikh Siti Jenar, asal Persia, Iran
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim

Wali Songo Angkatan ke-6,1479 M, terdiri dari :

1. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Tembayat, asal Pandanarang
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
 
 

Thursday, July 2, 2015

, ,

MENU SEHAT PENDERITA MAAG (SAAT PUASA)

Ahh..Kamu Maag *eh maaf salah topik kalau itu*

Bagaimana  kabar puasanya sobat #IslamGram ? Lancar? semoga Allah selalu memberikan kelancaran dalam ibadah puasa kita. 


Ada beberapa saudara kita yang mengalami sakit Maag, diantaranya ada yang akut, bahkan ada yang sampai tak kuat berpuasa. Sebenarnya bagaimana menyiasati agar penderita maag dapat tetap menjalankan ibadah puasa di bulan ramadhan?

SEKILAS PENYAKIT MAAG

Penyakit maag adalah penyakit yang ditimbulkan oleh kelebihan asam yang diproduksi oleh lambung yang menyebabkan iritasi di selaput lendir lambung, dalam kondisi normal asam diperlukan untuk membantu pencernaan dalam mengolah makanan yang kita makan, selain dari kelebihan asam lambung sakit maag atau radang lambung atau tukak lambung adalah gejala penyakit yang menyerang lambung dikarenakan terjadi luka atau peradangan pada lambung yang menyebabkan sakit, mulas, dan perih pada perut selain akibat dari radang lambung. 

Sakit? Tentu saja, namanya juga penyakit.

Bagi anda yang tidak mempunyai masalah gangguan kesehatan, maka tidak ada alasan untuk tidak berpuasa, namun bagimana jika ada diantara anda yang mempunyai masalah gangguan kesehatan untuk menjalani puasa terutama bagi penderita penyakit maag.

Sebenarnya maag bukanlah suatu alasan yang mendukung bagi anda untuk tidak berpuasa, dengan tips berpuasa sehat bagi penderita maag yang sehat berikut ini maka puasa di bulan ramadhan bisa anda jalani tanpa harus takut maag anda kambuh, hal ini sudah didukung oleh beberapa penelitian yang menyatakan bahwa puasa itu tidak menyebabkan penyakit maag kambuh yang perlu diperhatikan yaitu memilih jenis makanan sehat yang tidak dapat memicu maag kambuh.
 
HINDARI 
 
Jika Anda memiliki riwayat maag, cobalah untuk menghindari makanan dan minuman berikut ini: 
  • Makanan gorengan, serta makanan yang terlalu asam 
  • Hindari makanan pedas terutama yang mengandung tomat, sebab tomat mengandung banyak asam 
  • Makanan yang terlalu manis (banyak gula) 
  • Hindari makanan berlebihan saat berbuka dan sahur serta jangan sampai telat berbuka puasa 
  • Hindari kopi, teh dan rokok serta obat-obatan yang dapat melukai dinding lambung.
 
REKOMENDASI 
 
Berikut beberapa makanan yang dapat direkomendasikan untuk penderita maag, guna membantu menghindari munculnya gejala maag:

  • Makanan yang mengandung karbohidrat saat sahur 
  • Beberapa jenis buah-buahan seperti pisang
  • Konsumsi jenis kacang-kacangan seperti almond 
  • Saat berbuka puasa mulai dengan makanan porsi kecil 
  • Jangan lupa untuk mengkonsumsi obat-obatan yang wajib saat sahur dan berbuka puasa

berbagai sumber : 
 
#IslamGram

Wednesday, July 1, 2015

,

MINUMAN BERBUKA PUASA

Tak dapat dipungkiri, ketika berpuasa asupan cairan tidak di terima tubuh. Ya jelaslah, kalau menerima asupan itu nanti batal hehehe...

Ketika bedug magrib di tabuh dan berdentam, setelah membaca doa berbuka puasa (hayo do'a nggak kalau mau buka?) gelas adalah benda pertama yang di saut, atau sendok yang mengangkut asupan es teler untuk masuk kedalam tubuh. Air...ya air, tubuh begitu dahaga dengan air, tak apa belakangan makan ayam bakar, kue lezat atau pelbagai hidangan lain, asal jangan menomor sekiankan air.

MINUMAN BERBUKA PUASA, YANG BAIK DAN SEHAT

Saat berpuasa, gula darah dipastikan akan menurun. Pasti teman-teman ada yang merasakan pusing, berkeringat dingin, dan lemas bukan saat baru pertama menyantap hidangan berbuka? Agak-agak kaget gitu hehe...

Saat berbuka tubuh perlu memakan makanan manis untuk meningkatkan Indeks Glikemik (IG) di dalam tubuh. 
 
IG merupakan ukuran kecepatan makanan diserap menjadi gula darah. Semakin tinggi indeks glikemik suatu makanan, semakin cepat dampaknya terhadap kenaikan gula darah. Namun meskipun dikatakan tubuh perlu makanan dan minuman manis saat berbuka, bukan berarti akan menjadi sehat jika terus mengonsumsi makanan atau minuman manis tersebut. 
 
 
Contoh minuman yang baik untuk berbuka dan sudah sering disajikan adalah teh manis. Teh manis perlu dibuat dengan komposisi yang tepat agar manisnya sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sebaiknya setiap 200 cc air hangat, maksimal menggunakan 1 sendok makan gula pasir. Jika gula pasirnya lebih dari jumlah ini, maka IG-nya pun akan menjadi berlebihan.

Adapula alternative lain pengganti teh manis, Menurut pakar spesialis gizi, jika memungkinkan sebaiknya pilihlah air kelapa murni untuk berbuka puasa. Air kelapa murni mengandung elektrolit yang baik untuk tubuh setelah seharian tidak mendapat cukup asupan cairan. Air kelapa yang diminum juga sebaiknya tidak perlu ditambahkan gula pasir, lebih baik yang alami. Jika memang ingin cita rasa yang lebih manis, ada baiknya menggunakan madu atau gula aren sebagai pengganti gula pasir.
 
Jus buah bisa juga menjadi minuman pilihan untuk berbuka puasa. Selain menyegarkan, jus buah juga bermanfaat untuk kesehatan dan mampu mengembalikan energi juga membuat tubuh kembali terhidrasi dengan baik. 

MINUM ES
 


Menurut kesehatan, meminum es menimbulkan efek kenyang, Padahal saat berbuka adalah waktu yang tepat untuk memberi nutrisi pada tubuh. Jadi sebaiknya jangan dibuat kenyang duluan hanya dengan minum es. Sebenarnya tidak ada masalah meminum es saat berbuka, asal tidak berlebihan, sekedarnya saja. Usahakan untuk terlebih dahulu menstabilkan lambung dengan memulai berbuka dengan minuman yang hangat atau tidak dingin.
 
diolah dari berbagai sumber
 
#IslamGram