Sunday, May 31, 2015

RAMADAN FOR KIDS

Ramadan is the ninth month of the Islamic calendar, and a time when Muslims across the world will fast during the hours of daylight. Ramadan is the fourth of the five pillars of Islam.

The Qur'an was first revealed to the Prophet Muhammad during this month. The actual night that the Qur'an was revealed is a night known as Lailut ul-Qadr ('The Night of Power').

That is important, however, is to appreciate the reasons behind the fasting, what those reasons signify and what this means to fasting Muslims.
It is most important to a Muslim to show intent in the fast. It is required that they recite short prayer of intent either before they sleep or just before Suhoor, the pre-fast meal.
The Arabic word for fasting means to 'refrain', to discipline yourself to avoid doing certain things which would be quite normal during the other twelve months of the year. It is also meant to teach Muslims to appreciate how much better off they are than millions of other fellow Muslims. So by refraining from drinking (even water) and food, for the long daylight hours, they should be reminded of those much less fortunate, for whom severe shortage of water and food is a way of life, not something merely done one month of the year. By reminding themselves of this fact, it is hoped that not only will they be more sensitive to those less fortunate, but to try to do something practical to help them.
Can younger children fast during Ramadan?
Indeed they can, and in fact many even as young as four or five, are encouraged to fast for a few hours a day during Ramadan, to begin to appreciate the significance of the Holy month. As they get a little older, most families encourage their children under 12 to fast for half a day, until they reach twelve years old, when all Muslim children are expected to fast for the full dawn to dusk period. Interestingly (and perhaps surprisingly to non-Muslim children), many who are approaching twelve look forward to being old enough to fast for the full day, more than anything else. It means to them, that they are now being treated the same as an adult, and all the responsibilities that adulthood brings. Every parent should include their children in Ramadan activities so that they can learn about their religious activities in their early age.






1. Ramadan Is The Ninth Month of the Islamic Lunar Calendar
Ramadan is the ninth month of the Islamic calendar. This opens up a great opportunity to tell children about the Islamic calendar, when did it start and what are the other months in it.
2. What is Fasting
Fasting is one of the most important duties of Ramadan. Fasting is made Farz on every healthy adult and such people shouldn’t skip the fasting.One has to refrain himself from eating or drinking from sunrise to sunset as well as to stay away from all sorts of sins and bad deeds while fasting, and even after that.
3. The Month Quran Was Revealed to the World
Ramadan is the very month when Allah (SWT) revealed the Quran on Prophet Mohammad (peace and blessings of Allah be upon him). This increases the significance of this month and makes it the month to recite Quran in abundance.
4. Sawab Of Prayers Increased by 70%
In Ramadan, the Sawab for all kinds of prayers (Dua, Salah etc.) is increased by 70 percent. Thus, there is no reason to skip even a single prayer and those who don’t earn a great amount of Sawab in this month is indeed unfortunate.
5. Lailatul Qadr (The Night of power)
Lailat-ul-Qadr, which is also known as the Night of Power also comes in the very month of Ramadan. It is said that this night is more significant than a thousand months which is why Muslim pray extensively on this night. Doing so can lead to salvation on the Day of Judgement.
6. Eid ul-Fitr (The Festival of Breaking the Fast)
Eid ul-Fitr is the festival of breaking the fast. This holiday celebrates the conclusion of the twenty nine or thirty days of dawn-to-sunset fasting during the entire month of Ramadan. Muslims celebrate Eid ul-Fitr for three days and then get back to their normal routines.
7. What is Lailatul Jaiza
Lailatul Jaiza is the night preceding Eid-ul-Fitr. This night is also called or known as the Night of Reward.The prayers of all the Muslims who performed Salahs, Tarawihs, observed fasting, gave charity etc. in the month of Ramadan are being accepted in this night.
8. Importance of Charity in Islam
Children should be taught in their early childhood that charity giving is highly encourage in Islam. All of us who are financially stable, or even if not but can give child charities every once in a while, should provide aid to our Muslim brothers. We can provide financial help to the helpless or physical aid depending on the circumstances.
9. The Moon Sighting
Ramadan begins in the start of the ninth month of the Islamic lunar calendar. It is determined by the sighting of the crescent moon. There are moon-watching committees all over the world to ensure that there is no confusion about the sighting of the moon. Once the crescent moon is seen, the news of the commencement of Ramadan is announced on the TV and Radio.
10. Children Don’t Have To Fast
You should tell your children that they don’t have to fast now (If they haven’t reached the age to start fasting) but they eventuallywill have to fast in upcoming years. This will get things rolling and get them in the mindset of performing this important task.
Teaching children about the month of Ramadan, its duties and the Farz responsibilities of other months is highly encouraged in Islam. You should tell your children about each of the above explained pointers in order to fulfil your religious duty as a Muslim parent.


Happy Fasting, Kids :)
 
#IslamGram
, ,

4 MACAM SUJUD DALAM ISLAM

Dalam Islam dikenal 3 sujud lain selain sujud yang biasa dilakukan dalam sholat. Sujud tersebut memiliki nama yang berbeda sesuai moment pelaksanaanya. 

Berikut ketiga macam sujud selain sujud dalam sholat tersebut :

SUJUD TILAWAH

Pengertian Sujud Tilawah, Sujud Tilawah ialah sujud diwaktu membaca atau mendengar ayat-ayat sajdah. .Bagi orang yang membaca atau mendengar ayat sajdah disunahkan melakukan sujud tilawah dengan metode :
  • Jika didalam sholat ,maka ketika sampai ayat sajdah supaya turun dari berdiri untuk mengerjakan sujud,dan setelah selesai maka sholat dilanjutkan kembali ,Sujid tilawah yang dilakukan pada saat sedang sholat itu tidak memakai takbirotul ihrom dan salam.Dan bagi ma'mum tidak boleh mengerjakan sujud tilawah kalau imamnya tidak mengerjakan ,sekalipun ma'mum mendengar atau ayat-ayat sajdah. 
  • Jika diluar sholat,maka ketika sampai ayat sajdah,niat sujud tilawah sambil membaca takbirotul ihrom dan mengangkat kedua tangan ,membaca takbir lagi lalu sujud,selesai membaca do'a sujud tilawah kemudian bangkit dari sujud sambil membaca takbir,duduk,kemudian salam.Ketika membaca takbirotul ihrom yang disertai niat sujud tilawah tidak harus berdiri.

Dari 'Amr bin 'Ash : Bahwasanya Rasulullah SAW telah mengajarkannya lima belas (ayat) sujud di dalam Al-Qur'an. Tiga dari padanya di surah yang pendek-pendek, dan dua di surah Al-Hajji". [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 58]
  • Sujud Tilawah itu hanya sekali sujud 
  • Sujud Tilawah hukumnya sunnah 
  • Kita tidak disunnahkan sujud kalau yang membaca ayat itu tidak sujud, sedang kalau yang membaca ayat itu sujud, kita juga sujud walaupun di dalam shalat. 
  • Di dalam sujud tersebut membaca :

 Atau : 

سُبْحَانَ وَجْهِى لِلَّذِى خَلَقَهُ وَصَوَّرَةُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ ,تَبَارَكَ اللهُ اَحْسَنَ الْخَالِقِيْنَ
Sajada wajhi lilladzi qolaqohu washowwarohu washaqqo sam 'ahu wabashorohu bikhauwlihi waquwwatihi,tabaarokallohu akhsanal qooliqiina "
 
Bagi yang tidak hafal dapat membaca  سبحان ربي الأعلى


SUJUD SAHWI

Sujud Sahwi adalah sujud karena lupa, maksudnya : sujud dua kali karena terlupa salah satu rukun shalat, baik kelebihan maupun kekurangan dalam melaksanakannya. 
 

 


SUJUD SYUKUR
Untuk yang terakhir mungkin agak familiar, Kini banyak pemain sepak bola muslim, regional maupun Internasional menggunakaanya sebagai ungkapan syukur setelah mencetak gol (selebrasi).  Mulanya orang eropa mengira selebrasi ini adalah selebrasi makan rumput, belakangan mereka baru faham bahwa itu adalah ungkapan syukur.
 
Pengertian Sujud Syukur, Sujud Syukur ialah sujud terima kasih, yaitu sujud satu kali di waktu mendapat keuntungan yang menyenangkan atau terhindar dari kesusahan yang besar.
 
Ada yang mengatakan bahwa saat sujud syukur membaca Q.S. Al-Ahqaf: 15
 
 رَبِّ اَوْزِعْنِي اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَلِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَهُ وَاَصْلِح لِيْ فِى ذُرِّيَّتِيْ اِنِّ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ 

 
#IslamGram

,

BUKAN SOAL TILAWAH AL-QURAN, INI SOAL SUJUD TILAWAH (AYAT-AYAT SAJDAH)

Sujud Tilawah adalah sujud yang dilakukan oleh seseorang ketika mendengar atau membaca ayat-ayat sajdah di dalam kitab Al-Qur'an. BIASANYA pada mushaf yang kita miliki, ada lambang berbentuk kubah atau symbol tertentu diakhir sebuah ayat. Itulah penanda ayat sajadah.
 
 
Sedangkan, ayat-ayat sajdah adalah ayat-ayat yang berada di dalam kitab Al-Qur'an yang menyebutkan kata "sujud" di awal, tengah atau akhir ayat-ayat kitab Al-Qur'an. Ayat sajdah menjadikan pembaca atau pendengarnya dianjurkan untuk melakukan sujud. Adapun hukum mengerjakan sujud tilawah adalah sunah.
 
Adapun ke -15 Ayat sajdah tersebut adalah :
 
1. Q.S. Al-A'raf: 206
إِنَّ الَّذِينَ عِنْدَ رَبِّكَ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيُسَبِّحُونَهُ وَلَهُ يَسْجُدُونَ
"Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nya-lah mereka bersujud.”
2. Q.S. Ar-Ra'du: 15
وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَظِلَالُهُمْ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ
“Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.”
3. Q.S. An-Nahl: 50
يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).”
4. Q.S. Al-Isra’: 109
وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعً
Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu´.”
5. Q.S. Maryam: 58
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ مِنْ ذُرِّيَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِنْ ذُرِّيَّةِ 
إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا ۚ إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَٰنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّ
“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.”
6. Q.S. Al-Hajj: 18
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ۖ وَكَثِيرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُ ۗ وَمَنْ يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُكْرِمٍ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ
“Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.”
7. Q.S. Al-Hajj: 77
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, ruku´lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.”
8. Q.S. Al-Furqon: 60
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا لِلرَّحْمَٰنِ قَالُوا وَمَا الرَّحْمَٰنُ أَنَسْجُدُ لِمَا تَأْمُرُنَا وَزَادَهُمْ نُفُورًا
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Sujudlah kamu sekalian kepada yang Maha Penyayang”, mereka menjawab: “Siapakah yang Maha Penyayang itu? Apakah kami akan sujud kepada Tuhan Yang kamu perintahkan kami(bersujud kepada-Nya)?”, dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman).“
9. Q.S. An-Naml: 26
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
"Allah, tiada Tuhan Yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai ´Arsy yang besar”.
10. Q.S. As-Sajdah: 15
إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ 
“Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong.”
11. Q.S. Sad: 24
قَالَ لَقَدْ ظَلَمَكَ بِسُؤَالِ نَعْجَتِكَ إِلَىٰ نِعَاجِهِ ۖ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْخُلَطَاءِ لَيَبْغِي بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَقَلِيلٌ مَا هُمْ ۗ وَظَنَّ دَاوُودُ أَنَّمَا فَتَنَّاهُ فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهُ وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ
“Daud berkata: "Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini”. Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.“
12. Q.S. Fussilat: 38
فَإِنِ اسْتَكْبَرُوا فَالَّذِينَ عِنْدَ رَبِّكَ يُسَبِّحُونَ لَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَهُمْ لَا يَسْأَمُونَ
"Jika mereka menyombongkan diri, maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu.”
13. Q.S. An-Najm: 62
فَاسْجُدُوا لِلَّهِ وَاعْبُدُوا 
“Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).”
14. Q.S. Al-Insyiqaq: 21
وَإِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنُ لَا يَسْجُدُونَ
“Dan apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud,”
15. Al-‘Alaq: 19
كَلَّا لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ
“Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).”

#IslamGram

Thursday, May 28, 2015

DOA NISFU SYA'BAN



Bismillàhhir rohmànir rohìm allòhhumma yà dzal manna wa là yamunnu 'alaihhi yà dzal jalàli wal ikròmi yà dzath thùli wal in'àmi lä ilàhha illa angta zhohhrol lajìna wa jàrol mustajirìna wa amànal khö-ifìna. allòhhumma ing kungta katabtanì 'ingdaka fì ummil kitàbi syaqiyan aw mahrùman aw mathrùdan aw muqtaron 'alayya fir rizqi famhu. allòhhumma bifadlika syaqòwatì wa hirmànì wa thordì waqtàro rizqi wa atsbitnì 'ingdaka fì kitàbikal munazzali 'alà lisàni nabiyyikal mursali yamhullòhhu mà yasyä-u wa yutsbitu wa ingdahhù ummul kitàbi ilàhhì bittajalìl a'zhomi fì lailatin nishfi ming syahri sya'bànil mukaromil latì yufroqu fìhhà kulli amrin hakìmi wa yubromu ang taksyifa 'annà minal balä-i mà na'lam wa mà là na'lamu wa mà angta bihhì a'lamu innaka angtal 'azzul akromu. wa shollallòhhu 'alà sayyidinà muhammadiw wa àlihhi wa shohbihhì wa sallama wal hamdulillàhhi robbil 'àlamìna.
 
"Ya Allah, Tuhan yang membangkitkan dan tak ada yang sanggup membangkitkan kecuali Dia, ya Tuhan yang Maha Luhur dan Agung dan yang Maha Pemurah memberi nikmat-nikmat. Tidak ada Tuhan yang lain melainkan Engkau yang menolong orang-orang yang memohon pertolongan dan melindungi orang-orang serta mengamankan dari sekalian yang dikhawatirkan dan ditakuti. Ya Allah andai kata telah ditakdirkan di sisi Mu akan daku dalam buku Azaly, bahwa aku celaka dan sedikit rezeki, terusir dan diharamkan akan daku maka hapuskanlah (apa-apa yang tercatat/ tertulis dalam buku Azaly itu) dengan kemurahan- Mu. Dan tetapkanlah di sisi-Mu dalam buku Azaly itu (tukarkanlah akan keadaan di azalyku itu) dengan kebahagiaan lagi memperoleh rezeki yang dipergunakan untuk kebaikan, sesungguhnya Engkau berkata dan kata- kata-Mu adalah benar; sebagaimana tercantum di dalam Kitab-Mu yang Engkau turunkan atas lisan Nabi-Mu yang diutus (Muhammad saw.), "Yakni dihapuskan Allah barang yang dikehendakinya (perkataan/pernyataan yang menyimpang) dan ditetapkan-Nya di sisi-Nya di Azaly". Ya Allah dengan keagunganMu pada malam Nisfu Sya'ban yang mulia / berkat ini, yang memisahkan kepadanya tiap-tiap perkara/keadaan dan urusan yang tepat dan yang dipastikan, hindarkan ya Allah kami dari bala'i/musibah yang kami ketahui dan yang tidak kami ketahui dan Engkaulah yang lebih mengetahui dengannya, sesungguhnya Engkau Maha Agung dan Pemurah". 
, ,

KEUTAMAAN DAN PERISTIWA DI BULAN SYA'BAN

Terdapat sebuah bulan yang menandakan bahwa ramadhan akan segera menjelang, Sya'ban. Beberapa kalangan menyebutnya dengan bulan Rasulullah --Rajab adalah bulan Allah dan Ramadhan adalah bulan umat--. 

Sya’ban merupakan salah satu bulan yang mulia dan pintu menuju bulan Ramadlan. Siapa yang berupaya membiasakan diri bersungguh-sungguh dalam beribadah dalam bulan tersebut, akan menuai kesuksesan di bulan Ramadlan.

Asal nama Sya’ban, karena pada bulan itu terpancar bercabang-cabang kebaikan yang banyak (yatasya’abu minhu khairun katsir). kalau dari pendapat lain, Syaban berasal dari kata Syi’b,yang berarati jalan di sebuah gunung atau jalan kebaikan. Dalam bulan ini terdapat banyak kejadian dan peristiwa yang patut memperoleh perhatian dari kalangan muslimin dari penjuru dunia.

Beberapa peristiwa yang terjadi di bulan Syaban adalah sebagai berikut : 
 
Syaban dan Pindah Qiblat

Dalam bulan Sya’ban, Qiblat berpindah dari Baitul Maqdis, Palestina ke Ka’bah, Mekah al Mukarromah. Hikayatnya, Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam menanti-nanti datangnya peristiwa ini dengan harapan yang sangat tinggi. Setiap hari Beliau tidak lupa menengadahkan wajahnya ke langit, menanti datangnya wahyu dari Rabbnya. Sampai akhirnya Allah Subhanahu Wata’ala mengabulkan penantiannya. Wahyu Allah Subhanahu Wata’ala turun. “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS. Al Baqarah; 144)

Diangkatnya Amal Manusia (hadist)

Salah satu keistimewaan bulan Sya’ban adalah diangkatnya amal-amal manusia pada bulan ini ke langit. Diriwayakan Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: “Saya berkata: “Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dalam suatu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu di bulan Sya’ban.” Beliau bersabda: “Itulah bulan yang manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan. Dan merupakan bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada rabbul ‘alamin. Dan saya menyukai amal saya diangkat, sedangkan saya dalam keadaan berpuasa.” (HR. Nasa’i).

Anjuran dan Keutamaan Puasa di Bulan Sya’ban

Rasulullah ditanya oleh seorang sahabat, “Adakah puasa yang paling utama setelah Ramadlan?” Rasulullah Shollallahu alai wasallam menjawab, “Puasa bulan Syaban karena berkat keagungan bulan Ramadhan.”Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sampai kami katakan beliau tidak pernah berbuka. Dan beliau berbuka sampai kami katakan beliau tidak pernah berpuasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dari bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).

Sepintas dari teks Hadits di atas, puasa bulan Syaban lebih utama dari pada puasa bulan Rajabdan bulan-bulan mulia (asyhurul hurum) lainnya. Padahal Abu Hurairah telah menceritakan sabda dari Rasulullah Shollallu alaihi wasallam, “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan-bulan mulia (asyhurul hurum).” Menurut Imam Nawawi, hal ini terjadi karena keutamaan puasa pada bulan-bulan mulia (asyhurul hurum) itu baru diketahui oleh Rasulullah di akhir hayatnya sebelum sempat beliau menjalaninya, atau pada saat itu beliau dalam keadaan udzur (tidak bisa melaksanakannya) karena bepergian atau sakit.

Sesungguhnya Rasulullah Shollallu alaihi wasallam mengkhususkan bulan Sya’ban dengan puasaitu adalah untuk mengagungkan bulan Ramadhan. Menjalankan puasa bulan Sya’ban itu tak ubahnya seperti menjalankan sholat sunat rawatib sebelum sholat maktubah. Jadi dengan demikian,puasa Sya’ban adalah sebagai media berlatih sebelum menjalankan puasa Ramadhan.

Adapun berpuasa hanya pada separuh kedua bulan Syaban itu tidak diperkenankan, kecuali:
  1. Menyambungkan puasa separuh kedua bulan Sya’ban dengan separuh pertama. 
  2. Sudah menjadi kebiasaan. 
  3. Puasa qodlo. 
  4. Menjalankan nadzar. 
  5. Tidak melemahkan semangat puasa bulan Ramadhan.

Turun Ayat tentang Sholawat Nabi

Salah satu keutamaan bulan Sya’ban adalah diturunkannya ayat tentang anjuran membaca sholawat kepada Nabi Muhammad Shollallu alaihi wasallam pada bulan ini, yaitu ayat:“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab;56)

Sya’ban, Bulan Al Quran

Bulan Sya’ban dinamakan juga bulan Al Quran, sebagaimana disebutkan dalam beberapa atsar. Memang membaca Al Quran selalu dianjurkan di setiap saat dan di mana pun tempatnya, namun ada saat-saat tertentu pembacaan Al Quran itu lebih dianjurkan seperti di bulan Ramadhan danSya’ban, atau di tempat-tempat khusus seperti Mekah, Roudloh dan lain sebagainya. Syeh Ibn Rajab al Hambali meriwayatkan dari Anas, “Kaum muslimin ketika memasuki bulan Sya’ban, mereka menekuni pembacaan ayat-ayat Al Quran dan mengeluarkan zakat untuk membantu orang-orang yang lemah dan miskin agar mereka bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan”.
 
 
 
 
Wallahu a'lam
 
#IslamGram 
 

Wednesday, May 27, 2015

SANTRI NAKAL, AKIBAT TIDAK TAAT [ANEKDOT]

Alkisah terjadi sebuah paceklik disebuah negeri. Kemarau dan kelaparan melanda. Beberapa santri ber-inisiatif sowan kepada pak kyai perihal ini. Pak kyai kemudian mengajak para santri untuk naik kesebuh bukit. Sebagai santri yang taat, semua santri mengikuti instruksi pak kyai. Namun berbeda dengan si fulan, ia terlihat dongkol.

“Sudah lapar, haus kita malah di suruh naik ke puncak gunung, bagaimana pak kyai ini” gerutunya dalam hati.

Sampai diatas gunung, pak Kyai memerintahkan santrinya untuk turun lagi.
“Ambil batu dari bawah sana, bawa naik ke sini, ambil yang terbesar, sekuat kalian membawa.” Titah sang kyai, guru mereka.

Semua santri ridho dah iklas saja menerima titah tersebut, sedangkan si fulan, masih saja ngedumel.

“Ini pak kyai gimana sih, udah sampai diatas disuruh turun lagi, nggak sekalian tadi aja nyuruh mbawa batu nya.”

Akhirnya, si fulan tidak mengikuti titah pak kyai sepenuhnya, ia hanya mengambil dan membawa batu kecil, capek. Sedangkan santri lain dengan semangat membopong batu terbesar yang mampu mereka bawa meski dalam keadaan lapar.

Sampai di atas gunung, pak kyai menyuruh santri-santrinya bersila dan meletakkan batu di depan mereka duduk. 

“Mari kita membaca al-fatihah…lahumul fatihaaah.” Pimpin sang guru

Ajaib, batu-batu yang dibawa tadi menjadi kue yang dapat dimakan, besarnya seukuran batu-batu yang dibawa. Sementara si fulan, karena membawa batu yang kecil ia hanya mendapatkan kue yang kecil pula, nasib.

Kemudian pak kyai menyuruh santrinya untuk kembali ke bawah. Mengambil batu yang sedang-sedang saja. Tak ingin rugi, si fulan mengira jika ia mengambil sedang dan kemudian kembali menjadi kue, maka habislah dia mendapatkan kue sedang, maka ia mengambil batu besar, sangat besar. Sedangkan santri lain mengambil batu yang sedang saja. 

Sesampai diatas gunung, pak kyai meminta santrinya untuk membacakan fatihah lagi. “lemparkanlah batu-batu kalian, kebawah…sejauh kekuatan kalian”.
Para santri melemparkan batu-batu mereka, pun si fulan. Pak kyai berkata, “seberapa jauh batu itu terlempar, itulah ukuran rezeki dan umur kalian.” 

Si fulan menelan ludah, batu yang ia bawa terlalu besar, ia hanya sanggup melempar tak jauh.

Pak kyai kemudian meminta kembali para santri untuk turun. Mengambil batu yang sedang-sedang segenggam saja, masing-masing santri 2 buah batu dengan ukuran sama. Semua santri turun dengan semangat mereka berlari, hanya fulan yang terlihat kurang semangat.

Fulan mengambil 2 buah batu, ia mengambil batu besar dan kecil. Dalam benaknya jika ia mengambil batu sama besar kemudian diatas disuruh melemparkan lagi, maka matilah dia hanya mampu melempar dengan jarak yang pendek. Jika ia mengambil batu kecil kemudian diatas jadi kue, sedikitlah jatah makannya. Sebagai tindakan prefentif maka ia mengambil 2 batu berbeda ukuran, besar dan kecil. Lain dari santri yang lainnya yang mengambil batu dengan ukuran yang sama, besarnya pun tak lebih dari genggaman.

Sampai diatas, pak kyai menyuruh santri-santrinya memasukkan 2 batu yang barusan dibawa santirnya ke dalam sarung masing-masing. dan apa yang terjadi? 




Sial bagi si fulan, Jeng-Jot! Ia harus berjalan dengan agak miring mulai saat ini. Ganjaran santri yang tak taat perintah dan titah.