Tuesday, April 14, 2015

Filled Under: ,

Bukan Harta atau Nyawa, Namun Harta atau Ilmu

Assalamualaikum, Sobat #Islamgram

Alhamdulillah, Segala nikmat dan kelapangan rizki masih menaungi kita. Semoga pembaca sekalian juga begitu adanya [amin]

Terkadang pikiran kita di sempitkan dengan pikiran bahwa "rizki = materi [uang]". Hiruk pikuk dan padatnya aktivitas keduniaan membawa kita kadang terseret dalam arus pemikiran seperti itu. Materi tak dapat di nafikan menjadi "jalan" dalam aktivitas kita sehari-hari. Hampir segala yang kita lakukan membutuhkan materi, hal tersebut yang membentuk pola pikir untuk memburu materi, bahkan tak jarang mati-matian. Namun ternyata nihil, lelah kita dibuat. materi selalu habis, kebutuhan tak kunjung usai, ada saja dan selalu ada.


Jarang kita berfikir agak luas, bahwasannya nikmat dan rezeki tersebut tak sebatas materi saja. Nikmat kesehatan, nikmat kesempatan, nikmat waktu, berkedip, bernafas, buang angin, tertawa, sedih juga merupakan rezeki yang patutnya dinikmati. 

Pernah membayangkan nggak bisa berkedip? tak sempat ini atau itu? Susah buang angin? dsb? 


Kita sering sibuk dengan pola pikir bahwa nikmat adalah uang...uang..uang...naudzubillah min dzalik. 

Uang bukan segalanya, Namun tanpa uang segalnya tidak akan menjadi apa-apa
Sering kita mendengar istilah tesebut bukan? Alhamdulillah jika kita di mampukan untuk kaya dan memiliki limpahan harta + rasa syukur dan ketaqwaan yang seimbang pula. sehingga harta yang kita kelola senantiasa berada pada rel yang tidak keluar jalur

Namun, Seringnya limpahan harta itu me-lenakan [membuat terlena]. Dunia seakan menjadi persinggahan terakhir.

Ada sebuah cerita yang diambil dari suatu masa di zaman Nabi Sulaiman, Nabi Sulaiman ditawari oleh Allah memilih antara ilmu, harta, dan tahta. Nabi Sulaiman dengan tegas memilih ilmu, dan pilihan tersebut adalah yang terbaik. Dengan pilihan itu juga, Nabi Sulaiman akhirnya mendapatkan harta dan tahta sebagai raja, dengan kehendak Allah. Nabi Sulaiman adalah raja yang sangat kaya dengan wilayah kekuasaan yang luas. Raja-raja lain menaruh hormat kepadanya.
Jika dalam posisi Nabi Sulaiman, bisa jadi pilihan kita tidak demikian. Rentang waktu tujuan hidup yang masuk dalam komponen pertimbangan akan sangat mempengaruhi keputusan seseorang. Orang dengan pertimbangan kebahagiaan jangka pendek dan mereka yang hedonis tentu tidak akan memilih ilmu. Mungkin kita termasuk di dalamnya.
Dalam sejarah Islam, kita juga mendapatkan pelajaran lain dari Imam Ali bin Abi Tholib. Representasi kaum muda yang sangat dekat dengan Nabi Muhammad. Suatu ketika Nabi mengatakan, jika Nabi adalah gudang ilmu, maka Imam Ali adalah kuncinya. Ali sangat brilian dan berani mengambil sikap, dengan keteguhan iman yang tidak terbantahkan.
Ketika Nabi mengatakan bahwa Iman Ali adalah ‘kunci gudang ilmu’, kaum Quraisy tidak mempercayai. Akhirnya mereka pun menguji kebenaran julukan tersebut. Mereka mendatangi Imam Ali di suatu tempat, menemui Imam Ali satu per satu, dan mengajukan pertanyaan yang sama: manakah yang lebih utama, ilmu atau harta, dan mengapa? Dalam setiap jawaban, Imam Ali mengatakan bahwa ilmu lebih utama dibandingkan harta. Untuk setiap jawaban, Imam Ali memberikan alasan yang sangat beragam, sebagai bukti kecemerlangan pemikirannya.
No
Ilmu
Harta
1
Ilmu adalah warisan para Nabi dan Rasul [Simbol manusia baik]
Warisan Qarun dan Fir’aun [Simbol manusia tamak]
2
Ilmu akan menjaga dirimu
Harta malah sebaliknya, engkau yang harus menjaganya [Sampai nyewa security segala bahkan]
3
Orang yang banyak ilmunya akan banyak pula orang yang menyayangi dan hormat kepadanya
Orang yang memiliki banyak harta akan banyak pula musuh dan orang yang iri kepadanya
4
Bila engkau gunakan, maka ilmu akan semakin bertambah banyak
Bila harta engkau gunakan, maka semakin lama akan semakin berkurang [Pasti itu]
5
Pemilik ilmu akan dihormati dan mendapat sebutan yang baik
Pemilik harta sering kali dicemooh dan mendapat julukan yang buruk.
6
llmu itu tidak ada pencurinya [dicuripun nggak akan habis]
Harta banyak sekali pencurinya
7
Pemilik ilmu akan diberi syafa’at (pertolongan)
Pemilik harta akan dihisab (diusut asal-muasal dan penggunaannya) oleh Allah. [Oleh PPATK atau KPK dulu, mungkin]
8
Ilmu akan abadi selamanya [Sudah wafatpun ilmu, karya tetap jadi referensi dan rujukan]
Harta adalah sesuatu yang fana dan suatu saat pasti akan habis tak bersisa.
9
Pemilik ilmu dijunjung tinggi karena kualitas manusianya
Pemilik harta dijunjung tinggi karena jumlah harta-bendanya. [Dijunjung penjilat di sekelilingnya, setelah habis ditinggalin deh]
10
Ilmu itu akan menyinarimu sehingga hati menjadi lembut, tidak beku dan hidup menjadi tenteram
Sedangkan harta sering kali membuat gelap mata, hati menjadi keras dan hidup menjadi tidak tenang, susah dan gelisah.
  

Semoga menjadi bahan perenungan

#Islamgram
 

0 komentar:

Post a Comment