Thursday, April 23, 2015

Filled Under: ,

7 PERNIKAHAN PADA HARI JUM'AT

Hari Jum'at adalah hari yang diagungkan dalam Islam, Sayyidul Ayyam. Semulia-mulianya hari adalah hari jum'at. Banyak peristiwa penting yang tejadi pada hari tersebut.


Wedding Rings (onewed.com)

Dalam Sejarah Islam terdapat 7 Pernikahan "agung" yang di langsungkan. Berikut ke-7 pernikahan tersebut :

1. Pernikahan Nabi Adam dengan Hawa

Nabi Adam As. melihat tidak ada makhluk yang sejenis beliau di langit dan bumi untuk menemani Beliau, maka pada saat beliau tertidur dalam keadaan duduk, Allah memerintahkan Jibril As. untuk mengeluarkan tulang rusuknya yang kiri dan Allah menciptakan Hawa dari tulang tersebut.

Hawa di dudukkan atas kursi dari emas, kemudian Nabi Adam pun dibangunkan. Saat melihat Hawa yang begitu cantik, beliau bertanya:“Siapa engkau?, dan untuk siapa engkau?.” Hawa Menjawab: “Aku diciptakan untukmu”. Nabi Adam meminta Hawa mendekat kepadanya, namun hawa tidak mau dan meminta Nabi Adam yang mendekatinya. Ketika Nabi Adam mau memegang Hawa, terdengar suara: “Wahai Adam, tahan dulu, Sesungguhnya kedekatanmu dengan hawa tidak halal kecauali dengan mahar.” Dan yang menjadi mahar saat itu ialah Shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Sebanyak sepuluh kali.

2. Pernikahan Nabi Yusuf dengan Zalikha

Zalikha telah menjadi perempuan fakir, lemah dan buta, namun rasa cinta dalam hati Nabi Yusuf As. semakin bertambah. Suatu hari -- zalikha yang kini tidak lagi menyembah berhala -- berdo’a: “Ya Tuhanku, aku tidak punya harta dan kecantikan lagi, dan aku telah menjadi lemah, hina dan fakir. Engkau mencobaku dengan kecintaan dan kerinduan kepada Yusuf, jika (cinta ini) bisa sampai, maka sampaikanlah, jika tidak, maka jauhkanlah rasa cinta ini dariku.” Malaikat mendengar do’a Zalikha dan mengadukannya kepada Allah Swt.

Suatu hari Nabi Yusuf bertemu Zalikha saat berjalan bersama kerabatnya. Zalikha berkata dengan suara nyaring: “Maha suci zat yang menjadikan budak sebagai raja dengan rahmat-Nya”. Nabi Yusuf langsung berhenti dan bertanya: “siapa engkau?.” “Saya yang dulu membelimu dengan permata, emas, perak, miski, dan kafur. Dan saya adalah seorang wanita yang tidak bisa kenyang dari makanan semenjak merinduimu, tidak tidur di malam hari semenjak melihatmu” kata Zalikha. Nabi Yusuf berkata: “Mudah-mudahan engkau Zalikha,” “benar wahai Yusuf.” Jawab Zalikha. Nabi Yusuf melanjutkan: “Dimana hartamu, kecantikanmu, dan perbendaharaanmu?” “Semua telah hilang dalam kerinduan terhadapmu.” Jawab Zalikha. Nabi Yusuf bertanya lagi: “Bagaimana rindumu?.” “Seperti biasa, bahkan bertambah dari dari waktu ke waktu.” “Apa yang engkau inginkan sekarang wahai Zalikha?” tanya Nabi Yusuf. “Aku menginginkan tiga hal: Kecantikan, harta, dan kesampaian” jawab Zalikha.

Allah Swt. mewahyukan kepada Nabi Yusuf “wahai Yusuf, engkau bertanya kepada Zalikha apa yang diinginkannya, tetapi tidak engkau berikan keinginannya. Ketahuilah sesungguhnya Allah Swt. mengawinkan zalikha denganmu, dan ia sendiri yang telah meminangmu, para malaikat dan bidadari menjadi saksi”. Allah Swt kemudian mengembalikan kecantikan Zalikha, dan membuat Zalikha seperti gadis berusia 14 tahun.

Ketika Nabi Yusuf ingin berduaan dengan Zalikha, beliau melihatnya baru saja mengerjakan shalat,kerana itu, beliau menunggu sampai Zalikha siap menunaikan shalat. Setelah lama menunggu, Zalikha belum juga selesai mengerjakan solatnya. Nabi Yusuf pun tidak sabar lagi dan berkata : "Wahai Zalikha, bukankah dahulu engkau telah mengoyakkan bajuku ketika aku hendak lari daripadamu?" Zulaikha lalu memberi salam, kemudian menjawab: "Memang dahulu aku begitu, namun sekarang hatiku tidakseperti dahulu ."Setelah memjawab ucapan Nabi Yusuf maka Siti Zalikha ingin melanjutkan shalatnya.Akhirnya Nabi Yusuf menarik Zalikha ke arahnya, maka baju Zalikha koyak. Kemudian Jibril turun danmengatakan : "Wahai Yusuf, baju dibalas baju, maka terhapuslah cercaan yang terjadi antara engkau dan Zalikha dulu."

3. Pernikahan Nabi Musa dengan Safura’

Nabi Musa datang ke Madyan, Di sana beliau membantu dua orang anak Nabi Syu’aib yang akan mengambil air untuk ternak mereka. Kedua wanita itu adalah putri Nabi Syu’aib. Kepada Nabi Syu’aib, mereka menceritakan bahwa Musa telah membantunya. Mendengar cerita kedua anaknya, Nabi Syu’aib mengutus Salah seorang anak perempuannya untuk memanggil Nabi Musa. Gadis itu mendatangi Nabi Musa dalam keadaan malu. Kemudian ia berkata: “Ayahku memanggilmu untuk memberikan imbalan atas jasamu”. 

Setelah sampai di rumah, Safura berkata kapada Nabi Syu’aib: “Wahai ayah, sewalah tenaganya, ia yang terbaik, karena kuat dan terpercaya”. Nabi Syu’aib berkata: “Aku belum melihat kekuatannya dan keamanahannya.” Safura berkata lagi: “Ia mengangkat batu yang menutup sumur, padahal orang lain hanya mampu mengangkatnya jika berjumlah 40 orang. Aku berjalan didepannya, tapi ia menyuruhku berjalan dibelakangnya, ia berkata: “Berjalanlah dibelakang, sehingga inderaku tidak jatuh atas tubuhmu””

Saat itu, Nabi Syu’aib kagum dengan Nabi Musa, beliau berkata: “Aku ingin menikahkanmu dengan salah seorang dari dua putriku.” Nabi Musa menjawab: “Saya orang fakir dan tidak mampu memberi mahar.” Nabi Syua’ib berkata: “Engkau bisa bekerja menggembala kambing bersamaku selama delapan tahun. Seandainya engkau menyempurnakan sepuluh tahun maka itu adalah kemurahan darimu.

Kemudian Nabi Syua’ib mengumpulkan masyarakat dan mengakad nikah Safura dengan Nabi Musa serta menyerahkan anaknya itu kepada Nabi Musa As.

4. Pernikahan Nabi Sulaiman dengan Ratu Balqis

Nabi Sulaiman memerintahkan orang-orangnya agar mengubah sedikit bentuk dan warna tahta Ratu itu yang sudah berada di depannya kemudian setelah Ratu itu tiba berserta pengiring-pengiringnya, bertanyalah Nabi Sulaiman seraya menundingkan kepada tahtanya: “Serupa inikah tahtamu?” Balqis menjawab: “Seakan-akan ini adalah tahtaku sendiri,” seraya bertanya-tanya dalam hatinya. Balqis tidak menjawab “ia” karena nampak ada perbedaan, juga tidak menjawab “Tidak” karena ada tanda-tanda yang serupa dengan tahtanya. Disini Nabi Sulaiman dapat menyimpulkan bahwa Balqis memang pandai.

Bilqis dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan yang sengaja dibangun untuk penerimaannya. Lantai dan dinding-dindingnya terbuat dari kaca putih. Balqis segera menyingkapkan pakaiannya ke atas betisnya ketika berada dalam ruangan itu, mengira bahawa ia berada di atas sebuah kolam air yang dapat membasahi tubuh dan pakaiannya.

Berkata Nabi Sulaiman kepadanya: “Apa yang engkau lihat itu adalah kaca-kaca putih yang menjadi lantai dan dinding”

“Oh,Tuhanku,” Balqis berkata menyedari kelemahan dirinya terhadap kebesaran dan kekuasaan Tuhan yang dipertunjukkan oleh Nabi Sulaiman, “aku telah lama tersesat berpaling daripada-Mu, melalaikan nikmat dan karunia-Mu, merugikan dan menzalimi diriku sendiri sehingga terjatuh dari cahaya dan rahmat-Mu. Ampunilah aku. Aku berserah diri kepada Sulaiman Nabi-Mu dengan ikhlas dan keyakinan penuh. Kasihanilah diriku wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.”

Akhirnya Nabi Sulaiman As. menikahi Ratu Balqis., dan pernikahan itu terjadi pada hari jum’at.

5. Pernikahan Rasulullah dengan Khadijah

Saidah Khadijah bermimpi matahari turun dari langit dan memasuki rumahnya, cahayanya menerangi semua rumah di Mekkah. Khadijah menceritakan mimpinya kepada pamannya yaitu Warqah bin Naufal. Beliau mampu menafsir mimpi, kata beliau: “Sesungguhnya Nabi Akhir zaman akan menjadi suamimu”. Khadijah bertanya: “Wahai paman, darimana asalnya Nabi itu?”. Beliau menjawab: “Dari Mekkah.” “Dari Qabilah mana” tanya Khadijah lagi. “Dari Qabilah Quraisy” jawab beliau. Khadijah bertanya lagi: “Dari keturunan mana?” “Dari Bani Hasyim” Jawab paman, “Siapa namanya?.” “Muhammad Saw.” Jawab Paman

Abu thalib dan Atikah melihat Nabi Muhammad sangat beradab dan baik. Keduanya melihat Nabi Muhammad telah menjadi pemuda yang pantas untuk menikah. Atikah punya rencana untuk meminta Muhammad bekerja pada Khadijah sehingga mendapatkah upah untuk Mahar kawin. Mereka bermusyawarah dengan Nabi Muhammad tentang maksud mereka.  Muhammad pun setuju.

Atikah kemudian mendatangi Rumah Khadijah dan meminta Khadijah supaya memperkerjakan Nabi Muhammad Saw., ketika mendengar hal itu. Khadijah langsung teringat tafsir mimpi yang disampaikan pamannya, bahwa suaminya orang arab mekkah, suku quraisy, keturunan Hasyim dan bernama Muhammad. Maka Khadijah langsung menerima Tawaran Atikah.

Singkat cerita, akhirnya Nabi Muhammad Menikah dengan Khadijah yang berlangsung pada hari Jum’at, dua bulan sesudah kembali dari perjalanan niaga ke negeri Syam. Bertindak sebagai wali Khadijah Ra. ialah pamannya bernama ‘Amir bin Asad.

6. Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah

Setelah Khadijah Ra. Wafat, jibril mendatangi Nabi Muhammad dengan membawa sehelai kertas yang bergambar Aisyah Ra.. Kata jibril, Allah telah mengawinkan nabi Muhammad di langit dengan perempuan yang digambar itu, maka Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk mengawininya di Bumi.

Setelah mengetahui bahwa perempuan yang digambar itu adalah Aisyah anak sahabat beliau, Abi bakr, maka Nabi Muhammad memanggil Abi Bakr dan bertanya: “Wahai Aba Bakr, benarkah anakmu bernama Aisyah?, Allah telah mengawiniku dengannya di langi, Allah memerintahkanmu untuk mengawinkannya kepadaku di bumi.” Abu bakr berkata: “Wahai Rasulullah, ia masih kecil, saya tidak tahu apakah ia telah pantas untuk mengkhidmatmu atau tidak”. Kata Rasulullah: “Seandainya belum pantas, tentu Allah tidak mengawinkanku dengannya.” Kemudian Abu bakr menikahkan Aisyah kepada Nabi Muhammad Saw.

7. Pernikahan Saidina Ali dengan Fathimah Az-Zahra

Jibril menemui Nabi Muhammad untuk menyampaikan bahwa Allah Swt. telah mengawinkan Sayyidina Ali dengan Fathimah di langit, dan Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk menikahkan keduanya di Bumi. Rasulullah menyampaikan hal itu kepada Saidina Ali dan Fathimah. Kemudian para sahabat diundang oleh Rasul untuk berkumpul dalam mesjid.
Jibril datang lagi menemui Nabi Muhammad Saw. dan menyampaikan bahwa Allah memerintahkan Saidina Ali untuk membaca khutbah. Maka Rasulullah meminta Saidina Ali melakukannya. Setelah itu, pernikahan pun dilakukan. Dan pernikahan itu terjadi pada hari Jum’at

(As-Sab’atu fi Mawa’idhi al-Bariyyat, hal. 110-132, dan berbagai sumber lainnya)
 
#Islamgram

0 komentar:

Post a Comment