Ka'bah sebagai pusat "kalibrasi" Ibadah Umat Islam sungguh merupakah sesuatu yang amat sangat suci dan sakral. Bangunan yang berdiri sejak zaman Nabi Ibrahim tersebut menjadi tongkak peradaban jazirah yang mulanya tandus dan tak berpenghuni. Tak Heran jika perawatan bangunan tersebut begitu di perhatikan, selain merupakan salah satu tujuan Ibadah umat muslim, bukan hanya di Arab, Namun seantero Jagad ini.
Ka'bah berdiri gagah, berselimbutkan kain berwarna hitam. bagian atas
sampai hampir ke tengahnya dihiasi tulisan berwarna kuning emas, kutipan
ayat-ayat Al-Quran. Kiswah, itulah nama kain pembungkus Ka'bah itu,
terbuat dari sutra pilihan dan bersulam benang emas murni. Ukuran kiswah
adalah 14 meter tinggi, 47 meter panjang dengan berat sekitar 650
kilogram.
Di balik kiswah hitam, ada kain berwarna putih yang disebut Bithana
Kiswah. Kain itu untuk meresap uap dari dinding Ka`bah dan menghalangi
panas yang diserap dari kain kiswah yang hitam. Kain ini mengandung daya
serap untuk menghindarkan panas yang berlebihan dan mencegah dinding
Ka`bah retak. (Sumber)
Orang pertama yang memberikan kiswah untuk Ka'bah adalah Raja Asad Tubba dari Yaman
Selatan. Kiswah pada saat itu dibuat dari kain brukat sutra berkualitas
sangat baik. Setiap tahun, pada saat kiswah diganti, kaum Quraisyi yang
ketika itu menguasa Mekah, mengadakan upacara yang juga diikuti semua
kaum atau suku yang berkaitan dengan kepentingan Ka'bah.
Kemudian Nabi Muhammad SAW tercatat sebagai yang pertama menggunakan
kiswah dari kain sutra yang dihiasi dengan ayat-ayat suci Al-Quran. Hal
ini diikuti pula oleh Khalifah Abu Bakar, Umar, Ibnu al-Zubair dan Abdul
Malik. Tulisan itu membentuk angka V (angka tujuh dalam tulisan Arab).
Salah satu kalimat yang ditulis di kiswah Ka`bah adalah, "Allah Jalla
Jalalah, La Ilaha Illaallah, Muhammad Rasulullah".
Seiring bergantinya khalifah, Ka'bah pernah bersalin baju
dengan rupa-rupa warna: merah, kuning, hijau, dan hitam. Jadwal
pemasangannya pun pernah di bulan Muharam dan Ramadan. Namun, sejak
Khalifah al-Mamun dari Dinasti Abbasiyah berkuasa, warna kiswah
ditetapkan tak berubah dari waktu ke waktu, Hitam legam. Mengesankan Kharisma dan sakralitas yang sungguh mutlaq.
Pemerintah Arab mulanya mempercayakan pembuatan Kiswah pada negara Mesir, Namun pada suatu masa pengiriman Kiswah tak dapat berjalan sebagaimana jadwal karena pecah sebuah perang yang menghambat perjalanan dari Mesir ke Arab Saudi. Semenjak itu, guna mengantisipasi terjadinya lagi hal serupa Pemerintah Arab membuka pabrik yang khusus menangani pembuatan Kiswah, puluhan seniman
yang menyulam secara manual kain tersebut ketimbang tenggelam dalam
mitos masa kecil. Ada 285 karyawan, dari yang bertugas menenun, memberi
warna hitam, emas, dan perak, lalu membuat kaligrafi, merajut kain
dasar, kemudian memprogram kalimat-kalimat tauhid di komputer sebelum
ditorehkan ke permukaan kain, hingga tugas para penyulam itu. Mereka
tampak khusyuk menikmati setiap jalinan benang yang ditisikkan ke dalam
kain hitam.
Proses Pembuatan Kiswah Oleh seniman-seniman Kaligrafi yang Ahli dan Kompeten |
Di pabrik dengan luas 10 hektare itu, 85 penyulam bekerja
menyelesaikan dua kiswah setiap tahun. Satu kiswah dipasang di bangunan
yang menjadi kiblat umat Islam seluruh dunia itu. Tingginya 14 meter dan
memiliki lebar 7,5 meter pada tiap sisinya. Jadwal pemasangan kiswah
itu selalu tetap: tiap tanggal 9 Zulhijah, ketika jemaah haji berangkat
ke Arafah untuk memulai rangkaian ibadah haji. Kiswah satu lagi? ”Jadi
cadangan, digunakan jika kain yang pertama cacat atau robek ketika
dipasang.”
Puluhan seniman itu menyulam selama 8,5 bulan. Mereka mengerjakannya dalam 47 potong kain. Sebagian mengerjakan potongan kain yang bertulisan kalimat syahadat, sebagian lagi menyulam surat Ali Imran ayat 96, Al-Baqarah ayat 144, surat Al-Fatihah, dan surat Al-Ikhlas.
Puluhan seniman itu menyulam selama 8,5 bulan. Mereka mengerjakannya dalam 47 potong kain. Sebagian mengerjakan potongan kain yang bertulisan kalimat syahadat, sebagian lagi menyulam surat Ali Imran ayat 96, Al-Baqarah ayat 144, surat Al-Fatihah, dan surat Al-Ikhlas.
Seluruh proses itu membutuhkan 999 gulung benang sutra yang jika
dibentangkan panjangnya lebih dari satu kilometer per benang. Berat
benang sutra tersebut mencapai sekitar 670 kilogram. Ini belum termasuk
bordir yang berisi 15 kilogram benang emas. Lantaran menggunakan bahan
baku yang sangat berharga seperti sutra, emas murni, maupun perak, harga
produksi kiswah pun sangat mahal, sekitar Rp 50 miliar!
Dari mana sutra-sutra mahal itu didapat? ”Sutra diimpor dari Italia, mesin pemintalnya dari Swiss,” kata Ali. Sutra terbaik Italia berpusat di Provinsi Firenze, sebuah daerah yang sering disebut sebagai ”ibu kota Eropa untuk komoditas sutra dan wol”. Firenze, yang berpusat di Florence, tak seperti kota Roma yang menyerap semua unsur-unsur Romawi kuno maupun modern. Firenze menolak semua pengaruh non-Renaissance. Firenze pernah menjadi ibu kota Italia di abad ke-19.
Dari mana sutra-sutra mahal itu didapat? ”Sutra diimpor dari Italia, mesin pemintalnya dari Swiss,” kata Ali. Sutra terbaik Italia berpusat di Provinsi Firenze, sebuah daerah yang sering disebut sebagai ”ibu kota Eropa untuk komoditas sutra dan wol”. Firenze, yang berpusat di Florence, tak seperti kota Roma yang menyerap semua unsur-unsur Romawi kuno maupun modern. Firenze menolak semua pengaruh non-Renaissance. Firenze pernah menjadi ibu kota Italia di abad ke-19.
Jika kini pemerintah Saudi lebih memilih Italia sebagai ”kiblat” sutra buat kain Ka'bah, penguasa tanah Hijaz (Arab Saudi) zaman dulu ternyata memilih kain dari Yaman, Irak, atau Mesir. Ka'bah pertama kali »berpakaian” pada 2.500 tahun silam, ketika suku Jurhm dari Yaman menguasai tanah Hijaz. Raja Tuba dari Hymir, Yaman, memasang kiswah berwarna merah yang didatangkan dari negeri itu. (sumber)
Semoga Bermanfaat #FLI
0 komentar:
Post a Comment