Setiap menjelang 1 Ramadhan dan 1 Syawal, Berita-berita di telisi banyak menayangkan mengenai penentuan tanggal 1 Ramandah (puasa) dan 1 Syawal (Lebaran). dan tak jarang ada "dualisme" tanggal yang artinya berbeda pelaksanaan hari pertama puasa dan lebaran, benar?
Tak sedikit pula yang kemudian bertanya-tanya, nentukan tanggal 1 saja kok berbeda gitu? Kok nggak sama sih? kenapa nggak di samakan aja? biar nggak repot dsb. Tak sedikit pula orang awam yang kemudian berkomentar aneh-aneh.
Wajar, karena memang kalender Qomariyah (Hijriah) berbeda dengan penanggalan umum yang ada pada kalender ghalibnya, Syamsiyah (Masehi)
Kalender Islam ditentukan berdasarkan penampakan hilal (bulan sabit pertama) sesaat
sesudah matahari terbenam. Alasan utama dipilihnya kalender bulan ( qamariah ) – walau tidak
di jelaskan di dalam hadist maupun AL-Qur’an – nampaknya karena alasan kemudahan dalam
menentukan awal bulan dan kemudahan dalam mengenali tanggal dari perubahan bentuk (fase)
bulan. Ini berbeda dari kelender syamsiah (kelender matahari) yang menekankan pada keajegan
(konsistensi ) terhadap perubahan musim, memperhatikan tanda perubahan hariannya. Karena
perubahan itu—orang awam pun bisa menentukan kapan bisa menentukan pergantian bulan –
sistem kelender tradisional banyak yang bertumpu pada kalender bulan.
Pada masyakarat yang menghendaki adanya penyesuian dengan musim, diadakan sistem kelender gabungan: qamariah syamsiah ( luni solar calendar ), seperti kelender yahudi dan kelender Arab sebelum masa kerasulan Muhammad SAW. Pada sistem gabungan ini ada bulan ketiga belas setiap 3 tahun agar kelender qamariah tetap sesuai dengan musim. Namun bulan pun disesuaikan dengan nama musimnya, seperti Rama dan yang semula berarti musim panas terik.
Dalam ajaran Islam
penambahan bulan itu ( disebut nasi ) dilarang karena biasaanya bulan ke-13 itu diisi dengan
upacara atau pesta yang dipandang sesat ( AL-Qur’an S. 9:37).
Karena waktu ibadah sifatnya lokal, penentuan yang berdasarkan penampakan hilal
memang merupakan cara yang termudah. Masyarakat di suatu tempat cukup memperhatikan
kapan hilal teramati untuk menentukan saat ibadah puasa Ramadhan, beridul fitri, beridul adha,
atau saat berhaji (khusus di daerah sekitar Mekkah). Seandainya cuaca buruk, Nabi Muhammad
Saw memberikan petunjuk praktis: genapkan bulan sekarang menjadi 30 hari, karena tidak
mungkin bulan qamariyah lebih dari 30 hari. Tentunya ini menuntut pengamatan hilal yang lalu.
Karena sifatnya lokal, apapun keputusan di suatu daerah sah berlaku untuk daerah itu. Daerah
lain mungkin saja berbeda.
Penentuan awal bualn yang saat ini sering membinggungkan hanyalah merupakan akibat
perkembangan zaman. Faktor-faktor penyebab kerumitan itu antara lain :
- Tuntutan penyeragaman waktu ibadah untuk daerah yang luas, bahkan ada pula yang menuntut penyeragaman yang sifatnya mendunia tanpa menyadari bahwa banyak kendala yang dengan teknologi maju saat ini belum biasa tertasi;
- Ru’yatul hilal ( pengamatan hilal ) saat ini tidak murni lagi, hisab secara tak sadar telah mendominasi sebagian besar pengamat padahal hisab ( perhitungan ) yanng mereka pergunakan banyak yang tidak akurat;
- Tidak banyak lagi orang yang mengenali hilal, terutama di kota-kota besar, sehingga kemungkinan keliru mengidentifisikan objek lain sebagi hilal lebih mungkin terjadi;
- Polusi atmosfer ( debu dan cahaya ) mempersulit pengamatan hilal yang redup.
Di Indonesia, Perbedaan penetapan awal bulan Qamariah sesungguhnya disebabkan karena berbedanya dasar yang digunakan. Diantaranya ada golongan yang berpegang teguh kepada rukyat sebagai dasar penetapan. Ada pula golongan yang mendasarkan penetapannya pada saat terjadi ijtima' matahari dan bulan. Ada lagi golongan yang mendasarkan pada hisab wujudul hilal. Ada pula golongan yang menetapkan awal bulan Qamariah dengan dasar kaidah-kaidah tertentu yang dikenal dengan hisab urfi.
Dari perbedaan metodologi tersebut, pada akhirnya berimplikasi pada perbedaan dalam menentukan awal bulan penanggalan Qamariah.
Untuk lebih dalam mengenai ilmu astronomi, perbintangan, kalender, peredaran bulan dan matahari dalam islam anda bisa searching dan mempelajari ilmu falak.
#IslamGram
Untuk lebih dalam mengenai ilmu astronomi, perbintangan, kalender, peredaran bulan dan matahari dalam islam anda bisa searching dan mempelajari ilmu falak.
#IslamGram
0 komentar:
Post a Comment